Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dengarlah Prabowo

23 April 2020   10:13 Diperbarui: 23 April 2020   10:29 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengakuan atas kualitas dan kebenaran sikap Jokowi, ini penting, karena sebagai seorang lawan politik paling sengit, pernyataan lawan itu memberikan dampak besar. Pujian yang bukan politis, namun tulus. Sangat berbeda. Kepentingan Prabowo hampir tidak ada. Kecuali menjelang pemilu, misalnya. Lha ini sebagaimana Prabowo katakan enam bulan.

Masa yang cukup untuk mengenal dengan lebih baik, secara langsung, dan terlibat di sana. Pengenalan Prabowo sebenarnya jauh sebelum ini. Toh sempat "terganggu" dengan keberadaan pilpres 2014.

Pernyataan Prabowo terutama untuk internal Gerindra ini menjadi penting, ketika mampu menjadikan Gerindra lebih solid. Mereka pernah kog "baik-baik" saja dalam berpolitik. Lempeng, sabar, dan menjadi konsisten. Era SBY, Gerindra bersama PDI-P biasa saja dalam berpolitik. Tidak menebarkan kekacauan, dan juga keadaan keruh. Mereka bisa dan mendapatkan posisi yang lebih baik dengan cara itu.

Kebersamaan dalam politik ternyata berpengaruh. Salah pergaulan dan salah guru ternyata berlaku dalam partai politik. Tuh Gerindra, berubah menjadi ugal-ugalan dan asal berbeda. Jauh dengan periode-periode sebelumnya.

Tidak ada yang salah dengan oposisi. Sebuah keharusan bahkan dalam alam demokrasi yang dewasa. Posisi yang pernah dijalani dengan baik dan bagus kog. Sayang memang ketika ada pergeseran peta politik oposan menjadi seolah musuh dan itu perlu diperangi dengan segala daya upaya. Penggunaan segal cara dipakai untuk menjatuhkan.

Pemurnian posisi Gerindra ke depan. Jika masih saja elit Gerindra ribut tanpa dasar, waktunya Prabowo berlaku keras. Keluar atau kritis membangun. Tidak asal bicara lagi. Jika ini bisa berlaku, bukan tidak mungkin membuat 24 adalah masanya Gerindra.

Menjaga jarak dengan sikap oposan yang tidak memberikan pencerahan pada publik. Rakyat juga harus diajari berpolitik yang lebih bermartabat, bukan hanya asal berbeda dan kemudian fitnah pun menjadi biasa.

Saatnya membangun bangsa dengan penuh martabat, demokrasi sehat, dan benar-benar adiluhung dalam hidup bersama. Pemilu itu ya lima tahun, bukan setiap saat ganti presiden. Ketika calon presiden yang berebut menang saja sudah menyatakan kebaikan dan kualifikasi presiden yang dulu dalah pesaingnya, siapa lagi yang bisa membantah coba.

Siapa yang masih memainkan narasi ganti, copot, Jokowi mundur, berarti gerbong lain yang kemarin ndompleng Prabowo dalam pemilu. Mengapa demikian? Lihat  yang ada dalam pilpres kemarin kan kubu Jokowi dan kelompok Prabowo. Ketika pemenang didapat oleh Jokowi, berarti Prabowo kalah. Saat yang kalah mengatakan pemenangnya itu baik, kog masih ada yang berbicara berbeda, berarti ada kelompok lain.

Prabowo selaku Menhan memang sudah seharusnya mengatakan itu.  Menjaga persatuan adalah membangun pertahanan. Tanggung jawabnya yang tidak mudah dengan melihat peta yang ada.

Ideologis, jelas teroris toh masih ada. Pun pendukungnya masih tetap melakukan aksi. Lihat saja kemarin baru saja ada penembakan teroris. Mereka masih eksis. Jika persatuan lemah, susah bagi negaraa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun