Energi juga lebih banyak, apalagi jika putera-puterinya masih level taman  kanak-kanak dan sekolah dasar. Tidak bisa membayangkan betapa ribet, repotnya, dari mendampingi belajar, membersihkan, dan menata rumah. Semua kegiatan itu bukan barang enteng, dan bapak yang kerja dari rumah, dapat dipastikan lebih menambah kerepotan dari pada membantu.
Susah lagi membayangkan kalau ia seorang ibu, ibu guru lagi, dan masih statusnya guru honor. Sejak awal saya keadaan seperti ini, membayangkan posisi, peran, dan keberadaan mereka tentu luar biasa sulitnya. Peran berganda-ganda, sebagai ibu, guru, dan juga peran sosial lainnya, pasti sangat susah.
Peran-peran Kartini khas 2020, yang tidak akan pernah dirasakan dua tiga kali. Syukuri saja di tengah kondisi yang jelas tidak mudah ini. Harapannya saja  bisa lekas usai, ketika mau berdisiplin dalam bertindak dan bersikap dalam hidup bersama.
Kondisi tragis juga terjadi dalam hari yang agung, ketika seorang ibu harus meninggal karena kelaparan. Lagi-lagi peran ibu sangat krusial.
Bagaimana hidup bertetangga, seorang ibu sudah selayaknya paham keadaan kanan-kirinya. Sayang bahwa era modern ini orang jauh lebih egoistis. Masuk rumah main hape sambil nonton televisi, makan camilan, tidak suka buang, dan ada tetangga yang kekurangan tidak tahu.
Mana mak-mak yang ngaku hebat ketika kampanye lalu? Atau partai  politik yang selalu menyatakan keberpihakan pada yang kecil, nyatanya masih ada yang menjadi korban. Ini di tengah kampung, bukan di tengah hutan dan dimakan macan.
Peran permpuan yang berempati, merawat, melindungi, bukan malah mencari dan mengutuk dengan bahasa-bahasa kasar dan jauh dari jiwa perempuan. Lantang bicara politik dan ketidakadilan, abai dengan lingkungannya sendiri.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H