Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Di Balik Tagar Impeachment Jokowi

20 April 2020   18:14 Diperbarui: 20 April 2020   18:18 1443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di Balik Taggar Impeachment Jokowi

Lumayan menjadi pembicaraaan, meskipun sebatas dunia maya, twitter saja. Pada media sosial lain sepi. Pun media online tidak banyak mengupas itu. Sebenarnya hal yang biasa, ketika demokrasi akal-akalan masih berlaku. Ini soal parpol dan golongan haus kuasa, kelompok pemuja ideologi lain, plus gelandangan politik, serta politikus takut belangnya mulai ditelisik oleh Erick, KPK, dan juga Kejaksaan.

Din Syamsudin, dkk telah mengajukan uji materi soal Perpu mengenai penanganan pandemi. Jalur lain yang secara konstitusional diakui dan sah menurut hukum perundang-undangan. Soal motivasi dan lain soal sih bukan menjadi ulasan. Selengkapnya bisa dilihat di sini.

Upaya pembentukan opini banyak dilakukan bahkan jauh sebelum yang namanya covid itu mampir di sini. Gegap gempita untuk mengatakan ada, kemudian pernyataan ditemukan dua  penderita positif langsung narasi lock down berkumandang. Tidak salah, ketika itu kepanikan, lha nyatanya orang dan kelompoknya itu lagi-itu lagi, narasinya ujungnya ganti Jokowi. Semua lagi-lagi menyudutkan Jokowi.

Pembatasan sosial dan  pembatasan fisik kemudian menjadi pilihan, dorongan lock down masih saja menguat. Eh tiba-tiba mulai banyak bicara permintaan anggaran dan pusat menanggung itu. Pemerintah pusat sebagai penanggung jawab akhirnya memutuskan Pembatasan Skala Besar Bersama (PSBB). Narasinya pun pemerintah lamban, kalah dengan daerah. Ironisnya yang mengatakan itu sama sekali tidak berbuat yang signifikan padahal dengan angka tertinggi dalam semua hitungan.

Potensi masalah diciptakan lagi, ancaman demo dari jutaan buruh. Memang masih pada akhir bulan nanti, masih layak ditunggu akan seperti apa pilihan keamanan, pimpinan daerah, dan pihak terkait soal ini. Orang yang sama  dengan tema yang ujung-ujungnya juga ganti Jokowi. Tidak berlebihan jika ada dugaan pemain yang sama di tengah keadaan prihatin ini.

Hari-hari ini ada taggar impeachmentjokowi, siapa biasanya melakukan permainan taggar ini, PKS, HT, dan kelompok mereka, afiliasi sejak 2014  dan pra pilpres 2014 demikian gencar. Apakah akan berdampak besar? Tidak. Sekali lagi tidak. Mengapa? Ramai di dunia medsos belum tentu dalam kenyataan. Berkali ulang, terutama pilpres 2019 membuktikan.

Ada dua hal yang layak kita cermati bersama. Impeachment, itu proses politik. Keberadaan parpol menjadi ujung tombak untuk melakukan aksi ini. Masih sepi, hanya oknum perorangan partai, seperti Fadli Zon dari Gerindra, Masinton PDI-P, atau Mardani dari PKS. Mereka juga tidak cukup masif mengupayakan ini.

Cenderung berbeda narasi masing-masing. Yang menyatakan secara langsung baru Benny K Harman dari Demokrat. Tampaknya ini pernyataan resmi, pola Demokrat dan Benny bukan bicara asal cuap, berbeda dengan nama-nama di atas. Jika benar, berarti baru Demokrat. Kursi dan jumlah suara Demokrat sangat tidak cukup kuat untuk memberikan dampak.

PKS yang biasanya garang pun cukup santai dan senyap. Kekuatan mereka sangat diperlukan untuk melakukan impeacment. Tanpa aksi partai politik dan fraksi nol besar, selain hanya gaungan medsos berisik yang tidak berdampak, selain polusi dunia medsos.

Lebih tidak berdampak lagi, ketika Desmond J Mahendra dari Gerindra komisi tiga, mengatakan kurang cukup alasan    logis mengadakan impeachment, pandanganya logis, ketika ia mengatakan partai politik yang mendukung Jokowi masih adem ayem, solid, dan tidak memberikan tanggapan. Ingat Gerindra pun sekarang partai pemerintah lho.

Mereka perlu tambahan banyak partai politik terutama yang besar, antara PDI-Perjuangan, Golkar, atau Gerindra, asumsi minim, semua partai menengah dan kecil bergabung dengan mereka. Sangat susah melihat masa depan gagasan ini. Langkah awal dari impeachment, itu awal, belum lagi ke MK. Lebih sulit lagi.

Dewan pun masih sepi-sepi saja, bagaiman Benny K Harman mengatakan jantung dewan, di mana tugas anggaran diambil alih eksekutif, tidak ada tanggapan yang lebih ramai dari pihak dewan. Semakin yakin tidak berdampak. Khusus untuk mengatasi pandemi, lha selama ini partai dan fraksi di dewan juga lelet. Apa sih yang sudah mereka lakukan selama ini? NOL BESAR.

Jokowi dan Langkah Taktisnya

Salah satu K-ners bertanya, bagaimana posisi Jokowi jika seperti ini. Di balik diamnya, kerja senyap ia lakukan, dan satu poin besar ketika dunia investasi percaya. Kepercayaan itu tidak main-main, mana ada sih memberikan pinjaman dengan harapan itu tidak kembali. Dunia investasi lho, bukan dunia sosial dan donatur panti jombo yang berbicara.

Kekuatan nilai tukar mata uang juga bukan sebuah spekulasi. Semua hitung-hitungan matang, penanganan pandemi oleh pemerintah telah pada jalur yang tepat. Model  ini tidak bisa direkayasa, dimanipulasi oleh apapun. Kepercayaan itu susah mengakali, pun untuk merusaknya. Lohat saja cara beragama, sudah diberi tahu itu salah, sesat, dan bahaya, toh masih saja diyakini dan malah menyalahkan yang memberikan pemahaman.

Utung Jokowi memiliki fokus dan sadar diri dengan deraaan yang tidak berkurang. Keyakinan yang sama, harapa baik perlu diviralkan, sehingga orang ikut optimis. Narasi kecemasan, ketegangan dengan aneka bentuknya itu sengaja. Ada yang memainkan narasi itu untuk lagi-lagi mendapatkan kursi kekuasaan. Sama sekali tidak menemukan nalarnya.

Hampir semua negara di dunia mengalami, banyak yang lebih parah, namun hanya di sini yang lebih ramai ranah politiknya. Pemain politik kanak-kanak, tantruman, plus geopolitik global yang mau mengatasi Indonesia untuk ikut mereka sangat tidak mudah. Pandemi ini jauh akan lebih cepat teratasi, lebih sedikit korban, jika pemain politik kanak-kanak itu diam

Susah juga berharap kanak-kanak diminta diam, ketika kelerengnya diambil dan mereka merengek pemerintah tidak adil. Pihak asing dengan mainan baru mengiming-imingi, klop sudah. Narasi yang ada riuh rendah dan tidak berdaya guna.

Pemain ideologi lain pun menunggangi dengan riang gembira. Semua paham kalau agama paling murah meriah untuk meninabobokan, termasuk bermain politik. Lihat saja bagaimana berita mengabarkan wabah ini membesar karena perilaku orang-orang beragama secara sempit dan fanatis. Lagi-lagi dilema, ketika sejak awal narasi Jokowi antiagama, itu menemukan lagi momentum. Mereka yang bermain pada ranah ini menari-nari lagi, dengan menggunakan orang-orang yang maunya saleh namun malah jadi korban.

Siapa yang menghendaki Jokowi mundur dan diganti itu sejatinya sangat banyak. Kolaborasi dari mana-mana hanya saja kepentingannya yang sama. Ada faktor ekonomi-bisnis, politik, sosial, dan juga ideologis. Mereka banyak, namun pada dasarnya hanya dalam sebuah bentuk maya. Faktanya tidak sebesar itu.

Masalah pemain politik yang terusik, bisa pemain Jiwasraya, pemain Asabri, atau mafia berbagai-bagai mafia merasa jengkel. Nyaman, semua bidang kehidupan setor kepada mereka, dan kini seret. Dunia internasional, terutama Barat, bias mengeksplorasi dengan sangat tidak adil, kini digertak untuk memberikan hasil yang sebanding.

Intimidasi untuk ikut arus dan genderang Barat yang sangat tidak adil itu, ditolak, biasa menekan, mendapatkan balasan, mereka meradang. Ingat sebelum covid bagaimana soal nikel dan CPO sedang memanas. Apakah ini juga diam? Tidak, tetap bergerilya. Miris, ketika banyak elit tamak di sini dengan tangan terbuka bekerja sama dengan kepentingan itu.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun