Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Di Balik Tagar Impeachment Jokowi

20 April 2020   18:14 Diperbarui: 20 April 2020   18:18 1443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mereka perlu tambahan banyak partai politik terutama yang besar, antara PDI-Perjuangan, Golkar, atau Gerindra, asumsi minim, semua partai menengah dan kecil bergabung dengan mereka. Sangat susah melihat masa depan gagasan ini. Langkah awal dari impeachment, itu awal, belum lagi ke MK. Lebih sulit lagi.

Dewan pun masih sepi-sepi saja, bagaiman Benny K Harman mengatakan jantung dewan, di mana tugas anggaran diambil alih eksekutif, tidak ada tanggapan yang lebih ramai dari pihak dewan. Semakin yakin tidak berdampak. Khusus untuk mengatasi pandemi, lha selama ini partai dan fraksi di dewan juga lelet. Apa sih yang sudah mereka lakukan selama ini? NOL BESAR.

Jokowi dan Langkah Taktisnya

Salah satu K-ners bertanya, bagaimana posisi Jokowi jika seperti ini. Di balik diamnya, kerja senyap ia lakukan, dan satu poin besar ketika dunia investasi percaya. Kepercayaan itu tidak main-main, mana ada sih memberikan pinjaman dengan harapan itu tidak kembali. Dunia investasi lho, bukan dunia sosial dan donatur panti jombo yang berbicara.

Kekuatan nilai tukar mata uang juga bukan sebuah spekulasi. Semua hitung-hitungan matang, penanganan pandemi oleh pemerintah telah pada jalur yang tepat. Model  ini tidak bisa direkayasa, dimanipulasi oleh apapun. Kepercayaan itu susah mengakali, pun untuk merusaknya. Lohat saja cara beragama, sudah diberi tahu itu salah, sesat, dan bahaya, toh masih saja diyakini dan malah menyalahkan yang memberikan pemahaman.

Utung Jokowi memiliki fokus dan sadar diri dengan deraaan yang tidak berkurang. Keyakinan yang sama, harapa baik perlu diviralkan, sehingga orang ikut optimis. Narasi kecemasan, ketegangan dengan aneka bentuknya itu sengaja. Ada yang memainkan narasi itu untuk lagi-lagi mendapatkan kursi kekuasaan. Sama sekali tidak menemukan nalarnya.

Hampir semua negara di dunia mengalami, banyak yang lebih parah, namun hanya di sini yang lebih ramai ranah politiknya. Pemain politik kanak-kanak, tantruman, plus geopolitik global yang mau mengatasi Indonesia untuk ikut mereka sangat tidak mudah. Pandemi ini jauh akan lebih cepat teratasi, lebih sedikit korban, jika pemain politik kanak-kanak itu diam

Susah juga berharap kanak-kanak diminta diam, ketika kelerengnya diambil dan mereka merengek pemerintah tidak adil. Pihak asing dengan mainan baru mengiming-imingi, klop sudah. Narasi yang ada riuh rendah dan tidak berdaya guna.

Pemain ideologi lain pun menunggangi dengan riang gembira. Semua paham kalau agama paling murah meriah untuk meninabobokan, termasuk bermain politik. Lihat saja bagaimana berita mengabarkan wabah ini membesar karena perilaku orang-orang beragama secara sempit dan fanatis. Lagi-lagi dilema, ketika sejak awal narasi Jokowi antiagama, itu menemukan lagi momentum. Mereka yang bermain pada ranah ini menari-nari lagi, dengan menggunakan orang-orang yang maunya saleh namun malah jadi korban.

Siapa yang menghendaki Jokowi mundur dan diganti itu sejatinya sangat banyak. Kolaborasi dari mana-mana hanya saja kepentingannya yang sama. Ada faktor ekonomi-bisnis, politik, sosial, dan juga ideologis. Mereka banyak, namun pada dasarnya hanya dalam sebuah bentuk maya. Faktanya tidak sebesar itu.

Masalah pemain politik yang terusik, bisa pemain Jiwasraya, pemain Asabri, atau mafia berbagai-bagai mafia merasa jengkel. Nyaman, semua bidang kehidupan setor kepada mereka, dan kini seret. Dunia internasional, terutama Barat, bias mengeksplorasi dengan sangat tidak adil, kini digertak untuk memberikan hasil yang sebanding.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun