Tidak berani menyebut Penulis, karena belum kapasitasnya. Tapi hobi menulis dan kadang timbul penyakit seperti bahasan ini. Termasuk adalah hasil curhatan atau pertanyaan dari rekan-rekan sesama penyuka menulis. Soal ini tidak pandnag muda, yunior atau senior, mau sudah ribuan atau masih sebiji. Relatif sama saja kendala dan masalah yang ada.
Beberapa hari lalu, ada rekan bertanya soal reward dan bagaimana bisa ngehits. Pagi ini kawan cukup senior mengeluhkan susahnya menulis, ada pula tulisan bahwa tidak mudah mendapatkan tema tulisan. Hal yang akan ditemui semua aktivitas, bukan semata menulis. Orang suka olah raga ya sama saja. Pun orang penyuka melukis akan demikian juga, hanya kendalanya tidak akan sama persis.
Lakukan. Mau menulis ya lakukan, bukan rencana atau malah membeli buku tips menulis. Lha mau menulis atau membaca. Penyakit awalan, sangat wajar karena gamang untuk memulai. Rekan-rekan mau membuka akun ada yang demikian. Wajar sih.
Para pelaku dunia tulis yang sudah lama biasanya malas, bosan, dan kehilangan gairah. Apa yang dicari kadang sudah diperoleh, merasa jenuh, dan perlu refreshing. Kadang menjadi kacau tidak ada sama sekali kehilangan semangat untuk kembali, tapi masih pengin. Ini sering terlontar dari kawan-kawan Kners.
Agere contra, senjata ampuh. Lakukan apa yang tidak ingin kamu lakukan. Malas atau  enggan menulis, paksa diri untuk menulis. Kemanusiaan dan kemalasan tetap akan kalah jika demikian. pas malas buka  saja laptop, PC, atau hape, jangan main medsos yang akan membuat tambah berat. Paksa menulis, sejadi-jadinya.
Ketakutan. Takut tulisannya jelek, takut dengan penulis atau akun yang keren-keren, takut diledek, dibully, atau sejenis. Jika demikian tidak akan maju. Penilaian itu bukan dari kita, tetapi dari pembaca. Kritikan ya dengar dan perbaiki, jika mampu dan merasa memang salah. Tapi jangan takut kalau ada yang melakukan kritik padahal tidak seperti yang sebenarnya.
Apalagi jika main kanal politik, belum tentu komentar miring itu benar. Pengaruh untuk mengubah persepsi atau menjatuhkan mental sangat biasa. Asal sudah  melakuka yang terbaik, anggap saja anjing menggonggong kafilah berlalu.  Hal yang sangat wajar kata orang itu ada. Mau dengar atau tidak, bukan menjadi utama. Penting kita tidak merugikan siapapun. Admin sudah menyeleksi, apa yang tertayang sudah aman.
Tidak usah takut berdebat sekalipun, kalau datanya  memang benar dan ada. Keberanian karena sudah ada data yang sahih tentunya. Oleh karena itu banyak membaca sangat membantu.
Hakim. Menghakimi diri atau sesama penulis. Merasa diri kecil dan pihak lain besar atau malah sebaliknya. Selalu meremehkan karya orang lain dan meninggilkan hasil sendiri. Sama-sama buruknya bagi kebersamaan dalam dunia tulis menulis. Penilaiannya itu bukan kita, tetapi komunitas. Boleh bahwa penulis lain itu  dinilai buruk atau istimewa, asal bukan kemudian dipakskan untuk orang lain juga menilai yang sama.
Aneh lagi jika mengatut orang untuk menulis ini dan bukan itu. Lha gaya  orang kan bebas, mengapa harus merasa lebih hebat dan pasti lebih benar? Kecuali yang mengatakan itu penyair, atau pengamat internasional dan yang diatur itu mahasiswanya. Lha jurnalis warga kog, biar saja warga dan terutama admin yang menilai.
Lucu lagi mengatur admin dan penulis lain untuk seirama dengan gagasan, cara, dan sudut pandangnya. Aneh lah. Sama-sama berdinamika. Berbeda ketika salah data, salah konsep itu dibenarkan.
Pengabdi Hits, SEO, atau Label. Boleh mau mencari hits gede, menggunakan kaidah SEO, dan mencari label, namun jangan sampai itu menjadi yang utama. mengapa? Jika itu yang utama bisa membenarkan segala cara untuk mendapatkan hits dengan tidak sportif. Cara-cara kotor dengan klik F5 berkali ulang, menggunakan aplikasi, atau memakai akun bodong, tentu tidak semestinya.
Yakinlah jika memang berkarakter dan berkualitas, pembaca akan datang dan kembali mencari serta menanti-nantikan tulisan kita. Percaya pada diri. Memang dengan aplikasi sehingga bisa menaikan hits akan puas, atau mendapatkan reward misalnya, toh tidak akan membawa kepuasan.
Fokus pada label, akan membuat capek. Tidak mesti yang dilabel lebih baik dan akan lebih ramai pembaca. Atau karena demi keamanan akun dari pihak luar, jauh lebih aman tidak dilabel. Mungkin ada 100-an artikel cabut label milik saya, santai saja.
Termasuk di sini adalah melihat perbandingan statistik teman lain, penulis lain yang berseliweran HL atau pilihan. Semua memiliki jalan masing-masing, tidak usah gigrik dengan apa yang ditampilkan oleh profil lain.
Clik Bait dan Judul Bombastis. Kompasiana sih menggganti judul yang cenderung provokatif dan bombastis, apalagi clik bait. Jadi hati-hati saja penggemar tulisan dengan judul demikian akan diganti pastinya.
Memang ada media yang memiliki konsep demikian. Kadang  mereka berseliweran dalam lini massa dengan cukup masif, tapi saya pribadi tidak begitu suka dan respek dengan judul yang bombastis dan apalagi clik bait. Lha toh media arus utama pun sekarang pada berlomba-lomba model clik bait.
Viral, media online cenderung pokok viral. Tapi yakini saja, viral itu perlu kerja keras juga, jangan harap satu tulisan dan sudah viral. Mungkin ada, tapi percaya saja proses. Nah dengan demikian akan nyaman dalam berdinamika dan menulis.
Menjadi tenar dan viral itu bonus, jangan malah dijadikan tujuan, jika demikian susah beranjak karena ketakutan dan harapan yang tidak tercapai bisa membuat nyesek. Biar saja mengalir dan akan indah pada waktunya.
Kuatkan saja karakter tulisan dan  pertajam analisis, nanti kan akan menemukan jalannya sendiri. Pemain kanal fiksi banyak belajar memilih diksi, menemukan tema dan rangkaian kata yang lebih mengena pada pembaca.
Santai saja mau sepi, mau ramai, mau dapat lebel atau tidak, sepanjang tidak melakukan plagiasi, fitnah, dan hoax. Itu jelas bahaya bagi seorang yang suka menulis. Sekali saja membuat hal demikian dan ketahuan, habis sudah. Susah mengembalikan kepercayaan publik.
Baca dan dapatkan data, terutama jika menyangkut politik dari media arus utama. Jangan sekali-kali mengangkat dari media percakapan atau media abal-abal. Bahaya dari tuntutan muka hakim jika ada yang tersinggung. Kecuali pengalaman pribadi, pun perlu hati-hati agar tidak malah terjerat UU. Bahaya pula demikian.
Logika dan alur pikir yang lurus. Di sekitar kita sangat mungkin banyak gaya kepenulisan yang asal riuh rendah, bahkan menyesatkan sekalipun. Mengambil kesimpulan itu ada tahap-tahapnya, bukan asal-asalan. Kadang memang cepat tenar sih dengan logika bengkok, namun memalukan karena melawan nalar waras unversal.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H