Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Antara Otentitas dan Pencitraan

27 Maret 2020   12:56 Diperbarui: 27 Maret 2020   12:59 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Fokus. Kebanyakan orang memberikan ruang, kesempatan, dan energi untuk kalah pada keadaan. Jokowi fokus pada kinerja, sehingga tidak sempat memikirkan dan menanggapi apa yang terjadi terutama yang buruk menuju diri dan keluarganya.

Pilihan yang baik bagaimana hidup itu bukan ditentukan oleh kata orang yang tidak suka. Kalau kata Ahok selama tidak melanggar konstitusi mengapa takut pada konstituen. Memang Pak Jokowi tidak pernah mengatakan apapun secara lugas mengapa ia bisa tahan dalam keadaan demikian.

Membedakan diri dengan baik dan tepat, mana sebagai pribadi mana sebagai pejabat. Meskipun dalam menghadapi caci maki sama saja, namun menghadapi kenyataan duka dan dilanjutkan sidang G-20 tetap berlangsung. Sangat mungkin kog mendelegasikan, atau minimal mengatakan tidak bisa ikut, tidak konsentrasi, atau sedang berduka. Toh tidak. Ciri seorang yang sudah usai dengan dirinya.

Pelaku politik, bermain dalam dunia politik, serta menampilkan citra itu sangat wajar. Mau memoles seperti apa itu yang sangat alamiah. Menjadi soal adalah ketika citra itu kedodoran saat menghadapi kenyataan. Kala orisinalitas yang ada, sangat mungkin tetap konsisten apapun kondisi dan keadaannya.

Capaian lebih gede dari apa yang dikatakan atau direncanakan. Mengapa bisa demikian? Konsentrasinya pada capian bukan soal  nama atau keinginan. Waktu, energi, dan pemikiran hanya berorientasi pada hasil.

Dampak itu bisa dirasakan. Konsentrasi bukan pada kata negatif namun ukuran yang jelas dan pasti. Menyenangkan semua pihak itu tidak mungkin. Namun mencapai standar yang umum bisa dilampaui. Apapun yang dilakukan tidak akan pernah diterima dengan pernyataan baik oleh politikus dan jajaran yang memang tidak suka, tetapi perencanaan toh terealisasi.

Pemimpin memang harus panjang sabar dan tebal  kuping. Kalau sebaliknya yang ada adalah jual derita. Dikit-dikit mengeluh dan curhat. Lah ribet kalau demikian.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun