Politik Mengail di Air Keruh  dalam Covid-19
Dalam sebuah artikel Mas Nawir salah satu K-ners baru mempertanyakan siapa yang saya sebut dalam bahasan. Melihat perkembangan yang semakin molitik, layak dibahas saja secara lugas, siapa-siapa yang bermain di dalam keruhnya air bernegara akhir-akhir ini. Cukup meliar akhir-akhir ini, apalagi dengan narasi agama dan politik yang lebih kental.
Ingat ini bukan soal agama, namun perilaku beragama. Ada Islam pun Katolik juga menggunakan pola logika yang sama. Jadi ini soal perilaku beragama bukan mengenai agama. Bagaimana seolah-olah keketapan untuk mengurangi aktivitas keagamaan sebagai kekuarangan iman. Lemah iman berbanding dengan pandemi, yang tidak ada sangkut pautnya padahal. Akar rumput, berbeda lagi jika itu adalah elit, pemain politik lagi.
Terakhir, ketika Gatot Nurmantyo yang usai pilpres cukup diam, tidak ada aksi yang mencolok, mengatakan memakmurkan masjid, jadi masjid itu tidak boleh kosong. Seolah pengosongan masjid itu menjadi masalah yang besar, padahal tidak juga sejatinya. Toh Vatikan, Mekah, pun memberikan batasan yang sama.
Tidak heran ketika banyak postingan, status, atau pernyataan yang maaf logika sesat atau bengkok. Bagaimana mereka mengambil lompatan dalam menyimpulkan. Contoh;
Corona itu mudah menular, kurangilah kegiatan bareng, berkelompok, berkumpul.
Tempat ibadah adalah tempat berkumpul, mungkin menjadi tempat penularan yang efektif.
Kesimpulan yang lurus adalah, maka jauhi dulu tempat ibdah karena adanya kumpulan orang yang bisa memudahkan penularan.
Namun banyak narasi yang seolah sengaja, dan ada yang memang tidak paham cara berpikir lurus dengan simpulan sebagai berikut
Iman mengalahkan segalanya,
Memangnya sudah terbukti tempat ibadah menyebarkan covid