Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Corona Positif dan Kekalahan Liverpool

3 Maret 2020   09:40 Diperbarui: 3 Maret 2020   10:19 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Corono Positif dan Kekalahan Perdana Liverpool

Dua hari berturut kejadian yang sangat mendadak, namun pada sisi lain ditunggu-tunggu. Lucu dan aneh ketika tidak ada corona yang hinggap malah banyak yang merasa tidak percaya. Seolah ada yang ditutupi dan disembunyikan. Biasa sih khas ILIL, itu lagi, itu lagi pemainnya. Malah tega ngehoax segala.

Pada liga Inggris juga keadaan yang identik. Ketika Liverpool akhirnya tumbang. Aneh dan lucunya adalah penakluknya tim antah barantah. Berbeda jika itu adalah Mencit, atau tim biasanya papan atas. Lha ini, malah tim bawah. Seolah banyak yang tidak percaya. Tiga gol tanpa balas.

Identik dengan corona yang hinggap di sini. Seolah kekalahan Liverpool adalah dambaan banyak pihak, lha Klop sendiri pun juga tidak banyak berpikir untuk memecahkan rekor Arsenal soal tanpa kekalahan. Sudah mengundang kekalahan, hanya soal waktu. Logis juga wong tahun kemarin mereka tergelincir juga.

Jangan-jangan akan terjerembab juga pada detik akhir, ketika tim-tim lawan belajar bagaimana memarkir tronton bisa menghentikan reputasi Si Merah sekian lama. Keberadaannya yang menakutkan sudah terbukti bisa dijebol, bahkan oleh tim yang sama sekali di luar nalar.

Corona yang akhirnya juga menjangkiti di sini, pun mirip dengan kekalahan Liverpool. Lihat kembali, berapa banyak orang yang "mengundang" untuk datang. Mulai yang spekulasi, hingga yang ngehoax, tidak kira-kira.

Liverpol kalah itu banyak yang ngarep, Arsenal, bagaimana mereka enggan dipecahkan rekornya, karena usai itu tidak beranjak lebih baik, malah selalu keteteran. Mayan masih ada sedikit kebanggaan. Jika terpecahkan punah sudah sejarahnya.

Tim lawan juga berlomba-lomba untuk menyaksikan Liverpool terkapar. Peluang mengambil alih juara sih tipis, tapi jangan sampai terlalu cepat juga. Mosok Maret mau juara, ra pareng, ra patut, liga gak kompetitif nanti.

Ternyata gaungan untuk kalah bisa demikian efektif. Dan yang mengalahkan tim yang bukan siapa-siapa. Perhatian adalah untuk ke depan, agar Liverpool tidak malah menjadi trauma dan kebawa keadaan dan ngaco seperti musim-musim lampau.

Sikap optimis, tidak perlu panik, dan tenang, mengembalikan jati diri tim jauh lebih mendesak, penting, dan utama. Kemarin sudah selesai. Yang penting juara setelah sekian lama gagal di menit akhir.

Corona yang hinggap ini juga sebenarnya biasa. Alamiah, dan wajar to ketika negara sebesar ini terkena virus. Apalagi terakhir di kawasan Asia Tenggara. Lha Singapura yang sekecil itu saja sudah masuk dua digit, ketika kita hanya dua mengapa harus ribet dan ribut dengan berbagai spekulasi  tidak karuan.

Keberadaan dan harga masker. Ini salah sendiri, ketika tidak ada apa-apa sudah membeli, ketika kemungkinan besar butuh malah sulit dan susah. Ini jelas spekulan ekonomi bisnis bisa saja terlibat. Model relasi bisnis kita kan masih pokok untung, abai soal kemanusiaan.

Miris lagi kawasan lereng Merapi, ketika Mbah yang sedang batuk. Masker menjadi susah dan mahal. Ya konsekuensi bangsa panikan, gumunan, ya begini. Pembelajaran bersama untuk tenang dan rasional.

Aspek politis apalagi. Haduh capek jika bicara mereka ini. Yang tidak  pernah becus bekerja soal yang harus ditangani seperti Anies Baswedan saja ikut-ikut sok sibuk dan kelihatan kritis dengan ide dan gagasannya. Bagaimana rekam jejakmu selama ini Gubernur? Nol besar, tidak usah bicara yang bukan ranahnya, makin ketahuan belangnya.

Beberapa pihak jelas pansos. Biasa, ketenaran sesaat yang dijadikan lahan menaguk uang dan rezeki. Siapa saja berkomentar, analisis, kadang tidak mendasar, dan malah jadinya uthak athik gathuk. Dan masih banyak yang meyakini itu sebagai kebenaran. Miris.

Ketika pembina Pramuka di Jogya dinasihati jangan main di sungai  ketika musim seperti ini, hidup mati di tangan Tuhan. Lha malah kondisi virus yang perlu jawaban begitu malah tidak ada pernyataan yang sama. Salah konteks, keliru memahami dan memaknai kehendak Tuhan. Jauh lebih penting pasrah model ini ketika corona masih belum menjadi sebuah wabah luar biasa.

Mengapa? Dengan kondisi rileks, pasrah, tawakal, daya tahan tubuh meningkat. Berbeda dengan panik, borong ini dan itu, dan ujung-ujungnya malah menimbun yang tidak pada tempatnya.  Lagi-lagi siapa yang untung? Jelas muaranya.

Menjaga tubuh tetap prima dengan membaca literatur yang benar, valid, dan resmi. Kebanyakan hoak, artikel sok tahu, dan itu menambah kecemasan. Siapa yang bermain, bisa dilihat dari arah yang mau disasar.

Pelaku yang menebarkan kecemasan menuding pemerintah begini dan begitu, arahnya jelas politis, dan menggoyang pemerintahan. Dan narasi itu pelakunya juga orang yang sama. Pribadi-pribadi seolah kebal hukum. Saat diurus dengan aturan yang berlaku ngeles dan mengaku sebagai dizolimi. Lha orang tidak memiliki kehendak baik begini kog dipercaya.

Waspada bukan menjadi panik dan berbuat di luar nalar. Hati-hati agar tidak terjerembab oleh narasi pihak-pihak yang memang menghendaki keadaan tidak nyaman berbangsa. Siapa saja bisa terlibat dalam permainan ini.

Pun Liverpool, meskipun bukan pendukungnya, tetap semangat dan jangan malah panik. Soalnya sangat mungkin menjadi salah langkah, pemain cidera secara massal, soalnya selama ini masih aman. Bisa saja ini menjadi titik balik yang mengerikan.

Realistis dengan tetap fokus jauh lebih baik dan penting. Narasi yang ada belum tentu benar. Sikap percaya memegang peran untuk tetap baik-baik saja.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun