Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kesalehan Anies dan Ditenggelamkan Banjir, Mana yang Benar?

25 Februari 2020   12:49 Diperbarui: 25 Februari 2020   12:52 1169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kesalehan Anies dan  Ditenggelamkan Banjir, Mana yang Benar?

Soal banjir dari awal tahun hingga hari ini masih menjadi pembicaraan paling panas. Lha bagaimana tidak, ketika banjir lima tahunan kini malah menjadi pekan. Ada lima kali lebih hingga bulan kedua belum genap di tahun 2020 ini. Miris, apalagi jika melihat narasi dan pembelaan diri yang ada. Penanganan cenderung abai, namun wacana begitu masif.

Beberapa kog seolah sebuah berbalas pantun, menjawab apa yang sedang dinarasikan sebagai pembelaan diri atas apa yang sedang  melanda. Beberapa hal yang cukup menarik dapat dilihat.

Belum begitu lama ada survey yang menyatakan jika popularitas  Anies tergerus karena banjir. Apakah demikian? Tidak. Anies ditenggelamkan aksi dia sendiri yang entah seolah hanya menjadi antitesis Jokowi-Ahok. Saya toh tidak setuju jika dikatakan balas dendam politik. Masak ada sih politik itu dendam. Ini hanya sebentuk pembentukan citra diri yang dengan sungguh menyesal salah langkah.

Mengapa? Banjir, jika mau malah justru menjadi point penting Anies. Rancangan matang era Ahok tinggal dilakukan. Gantii nama terserah, mengubah personel terserah, asal dilakukan dan bisa dinimati warga, banjir bukan bencana politik Anies kog, malah berkah. Ahok terlupakan, pun Jokowi.

Apa yang dilakukan Ahok dan Jokowi akan terlupakan. Jumlah kawasan dan luasan, serta waktu surut lebih baik dari mereka berdua tentu akan mengerek nama Anies, bukan malah menjadi bumerang.

Ketika ada pujian banjir paling cepat surut era Anies, eh tiba-tiba ada banjir dua kali dalam waktu yang berdekatan. Mau surut cepat jika datang lagi dan datang lagi, ya percuma. Ini bukan semata soal curah hujan yang tinggi semata. Namun sungai dan jalan air kacau balau. Ini yang harus disadari terbelih dahulu. Soal sampah dan sebagainya itu sejak dulu juga demikian.

Belum lama berselang yang memuji bahwa Anies gubernur soleh sehingga banjir datangnya akhir pekan, tidak mengganggu aktifitas kerja. Melupakan kerusakan dan juga ibadah orang lain, bukan pertimbangan. Ya bolehlah pembelaan model demikian, hanya segitu pemikirannya. Eh tiba-tiba hari kerja dua hari berturut hujan dna lagi-lagi banjir.

Rekan-rekan banyak yang mengeluh, membersihkan air dan kotoran habis banjir belum selesai sudah datang lain. dan itu kawasan-kawasan aman yang kali ini mendapatkan "keadilan" banjir. Miris atau apa? Naif iya.

Belum lama juga menampilkan diri Jakarta yang baik-baik saja. Cerah dan menjanjikan untuk menjadi kota harapan. Tiba-tiba berubah drastis dan menjadi kawasan banjir demikia dalam dan luas. Gambar yang sama dengan kondisi yang bertolak belakang ini kan miris.

Dari beberapa keadaan di atas jelas, bahwa ini bukan banjir menyebabkan Anies  tenggelam, namun Anies memilih hanyut dalam banjir. Pilihan cerdik bisa dilakukan. Toh malah menebar narasi yang menjadi bahan olok-olokan tiada henti. Bagaimana bisa mengatakan kalau banjir itu membahagiakan warga, hanya karena anak-anak berlompatan seolah di kolam  renang. Ini kan anak-anak bukan gambaran umum warga.

Coba tanyakan atau minimal lah lihat bagaimana keluhan orang-orang dewasa bebersih, bebenah, dan juga harus kembali berjibaku dengan air dan lumpur yang seolah tidak ada jeda. Ini diabaikan. Miris ketika pejabat dengan gaji gede pola pikir seminim ini. Kalau hanya melihat  perilaku anak diambil simpulan, tidak usah jadi pejabat gubernuran, jadi orang biasa saja bisa. Betapa mudahnya menyatakan pendapat dari asumsi minor seperti itu.

Pembelaan berlebihan dari  anak buahnya, juga banyak akun, dan pejabat wilayah lain malah dibongkar ada aroma uang di sana. Ini lagi-lagi jelas lebih mendenggelamkan, bukan malah menambah besarnya  harapan Anies.

Politik cemar asal tenar sudah tidak laku. Eh malah dipakai terus menerus. Iya selama ini selalu menjadi bahan pembicaraan. Namun bukan dalam nilai positif. Ini bukan media sosial, mau jempol atas atau bawah yang akan mendapatkan nilai sama. Ini politik, jempol jempalik ya buruk juga.

Banjir bukan menenggelamkan Anies, namun memperlihatkan kualitas Anis. Di sana. Jelas semua paham Anies selama ini memang tidak bisa bekerja. Hanya banyak orang yang tidak mau tahu dan kini dibuktikan. Jangan kemudian dibalik bahwa banjir menenggelakan Anies.  Malah membuktikan dan menujukkan keberadaan Anies sesungguhnya.

Lha apa susahnya meneruskan gagasan besar Jokowi-Ahok, eh malah begaya dan akhirnya terlibas banjir. Mengapa Ahok di atas Jokowi dalam survey kepuasaan mengelola banjir. Ya Jokowi yang mengawali dan Ahok mengikuti alur yang sama. Apalagi Jokowi presiden yang bisa mengelola lebih luas dan kewenangan lebih besar. Kerja sama dengan Gubernur Jawa Barat dan Banten bisa terkoordinasi dengan baik.

Anies malah memilih cara yang lain. Kemudahan yang ada dipersulit sendiri. Ketika kejadian bingung, tebar dalih dan tudingan.  Ironis ketika dikaitkan dengan kesalehan, dan langsung banjir lebih gede dan banyak. Ini bukan Tuhan menjawab  kata-kata manusia. Masak Tuhan pendendam. Namun bahwa dipertontonkan, manusia janganlah sok-sok pennafsir tunggal atas kualitas keimanan seseorang.

Kesalehan ya akan tercermin dalam perilaku sehari-hari dengan lebih luas cakupan. Bagaimana sikap tanggung jawab, rendah hati, dan mau mendengarkan orang lain. masak orang saleh kog munafik, menuding pihak lain ketika ada masalah. Tanggung jawab yang kecil saja enggan.

Kesalehan dan banjir tidak ada kaitan dengan keadaan Anies Baswedan. Kapasitasnya yang menjadikan banjir dan keadaan tidak terkendali seperti ini.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun