Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Orang Miskin Dilarang Memiliki Anak dan Orang Kaya Menikahi Orang Miskin, Politisasi Kemiskinan

20 Februari 2020   19:47 Diperbarui: 20 Februari 2020   19:47 1263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa hari ini entah mengapa ada saja korelasi pembicaraan satu dengan yang lain. Seorang gubernur menyatakan orang miskin tidak perlu memiliki anak. Masih cukup hangat, eh ada mnko yang mewacanakan setingkat fatwa kalau orang kaya perlu menikahi orang miskin.

Gagasannya sih boleh lah demi kebaikan, namun apa iya sesederhana itu sebuah pemikiran pemimpin daerah dan nasional?  Mengapa?

Bangsa ini, bukan bangsa maaf miskin, namun menjadi miskin karena ketamakan elit dan itu yang selalu menjadi bahan perbincangan kalangan terbatas itu. hiruk pikuk, politik. Sosial, keamanan itu sejatinya tidak jaugh-jauh dari kepentingan ekonomi. Kekayaan negeri yang selama ini hanya dikuasai segelitir elit tidak mau dialihkan menjadi kepentingan sebagai bangsa.

Kekuasaan pun ujung-ujungnya adalah kekayaan, ekonomi, atau akses di dalam mengelola kekayaan bangsa ini. Aslinya  bangsa ini tidak miskin, hanya distribusi kekayaannya yang payah. Sekian lamanya hidup dalam bayang-bayang diktator, kemudian abai akan keadilan sosial. Subsidi yang meninabobokan, sedang yang  memiliki akses bisa sangat kaya dan tidak terbatas.

Pernyataan Orang Miskin Tidak Usah Punya Anak

Ini sih bukan inisiatif cerdas, namun maaf, bodoh. Bagaimana bisa apalagi NTT yang banyakan orang Katolik, pun kalau tidak salah si gubernur juga. Nah dalam Hukum Kanonik, terbuka  pada keturunan adalah sebuah tuntutan. Jadi dalam hukum Gereja ada keterbukaan pada keturunan. Tidak ada kemiskinan menjadi penghalang atas keinginan memiliki anak.

Berbeda jika jangan ndhedher kere, tidak mampu memiliki anak yang menjamin kualitasnya, tanpa tahu diri mempunyai anak secara berlebihan. Masih lah bisa diterima nalar sehat. Ada pembatasan, demi pendidikan, kualitas pangan, dan banyak hal yang tidak murah memang. Namun jika melarang punya anak suddah berlebihan.

Lha salah satu tugas pemimpin kan menyejahterakan warganya. Memikirkan cara  tidak ada lagi yang miskin dan pemikiran untuk menjadi sejahtera, bukan miskin itu tugas pemimpin. Kalau melarang orang miskin untuk tidak punya anak, lha tugas menyejahterakan warga buat apa?  Tidak akan ada gunanya pemimpin jika demikian.

Sama juga, dari pada lapar, padahal enggan masak, meminta anaknya berpuasa saja. Padahal bukan saatnya puasa, karena malas masak, bukan juga tidak ada bahan yang dimasak.  Ini kan koplak.

Gagasan Fatwa Pernikahan Orang Kaya dan Miskin.

Lagi-lagi ini upaya untuk memberikan pemerataan dan keadilan, yang lagi-lagi lucu dan aneh. Bagaimana bisa memutuskan pernikahan harus ada kaya dan miskin. Padahal umumnya adalah orang kaya akan memilih yang kaya juga. Ini antara cinta atau jodoh toh tergantu harta juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun