Anies Baswedan, dengan tampilan dan dukungan dari beberapa pihak memang memperlihatkan adanya kemungkinan maju sebagai seorang capres di 2024. Sangat wajar dan ya pantas. Sejak sebelum Jokowi maju sebagai calon saja Anies sudah ikut konvensi Partai Demokrat yang tidak jelas ujung pangkalnya itu.
Ganjar cenderung adem ayem, memang sudah ada dukungan dan dorongan melalui media sosial. Toh sikapnya tidak memberikan indikasi lebih jauh. Berbeda dengan aksi dan lagak Anies yang memang seolah mengafirmasi banyak dugaan akan maju itu.
Nah melihat kesiapan dalam menghadapi keadaan yang tidak dinginkan, seorang pemimpin itu tentu akan menyiapkan banyak rencana yang mungkin bisa dilakukan. Lihat saja Anies belepotan dan anak buahnya pontang-panting mau menyikapinya. Pasang badan yang kadang naif. Banyak fakta yang bisa ditelusuri, tidak perlu repot memajang di sini.
Sikap yang beda dipertunjukkan Ganjar. Apalagi jika pembandingnya demo mahasiswa sebelum pembentukan kabinet lalu. Jelas sangat  jomplang. Demo di Semarang dan Jawa Tengah selesai dengan sangat baik. Mahasiswa malah meminta maaf dan kerja bakti memperbaiki apa yang sempat rusak karena ketidak sengajaan. Lihat mahasiswa memperbaiki kerusakan.
Sebaik-baiknya orang, apalagi pemimpin, toh pasti ada yang tidak suka. Menolak, dan mencemooh. Bagaimana menyikapi ini menjadi penting. Lihat, bagaimana Ganjar bisa tetap datang dan Anies memilih teleconferen. Ini sikap kog, keberanian menghadapi kenyataan. Â Apa bedanya Ganjar dan Anies? Ya itu di dalam menyikapi penolakan.
Kwalitas kepemimpinan ya jelas itu pada kondisi tidak normal, yang spontan, dan keadaan darurat, dan Ganjar telah sukses bersikap dengan baik. Apakah ini pencitraan? Sangat mungkin iya, toh sah-sah saja sebagai sebuah perilaku politik. Sepanjang bukan setiap kejadian direncanakan untuk menaikan citra tentunya.
Point yang didapat karena keberanian bersikap itu menjadi penting. Lha pemimpin kog tidak berani menghadapi risiko, ya repot. Pengalaman sudah pernah sepuluh tahun kepemimpinan yang menjadikan jargon, satu musuh terlalu banyak dan seribu kawan kurang itu menjadi mala petaka. Menguburkan bara dan sekam.
Lumayan jika memang Ganjar maju dalam pilpres, sudah ada gambaran jelas seperti apa perilaku di dalam memimpin. Sebaliknya, Anies juga mempertontonkan kwalitasnya. Pilihan makin jelas kog, kinerja seperti apa yang sudah ditampilkan.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H