Perilaku Anies Baswedan ada pada posisi yang menjadi sorotan sangat tajam. Tentu berkaitan dengan capaiannya sebagai Gubernur DKI. Kontroversi demi kontroversi tercipta. Entah sengaja sebagai sebentuk pencitraan atau memang tidak mampu. Yang pasti dengan jalan sendirian tanpa wakil, Jakarta tidak menjadi lebih baik.
Banjir tentu menjadi pembelajaran penting bagi semua pihak. Ini faktual. Ada rekan Kner sampai bolak-bolak antarpulau karena kondisi hujan sedikit saja kebanjiran, sedangnya orang tuanya sedang menderita sakit. Rakyat menjadi tidak nyaman dan aman dengan kepemimpinan yang ada, bahasa rekan ini.
Salah satu lembaga survey juga mmbuktikan demikian. mengenai penanganan banjir menjadi juru kunci dari tiga gubernur yang ada. Meskipun karena sedang mengalami keadaan itu, responden tentu jengkel dan maaf mungkin  muak, sehingga nilainya hanya 1/10 dari mantan Gubernur Ahok.
Hal ini tampaknya yang menjadikan masalah juga, ketika menggantikan orang berkinerja mumpuni dan pekerja lapangan. Berbeda konsep dan cara kerja. Padahal orang melihat kinerja, kini adalah era kerja, bukan era wacana dan gagasan.
Belum lagi polemik demi polemik, dari anggaran yang kacau balau, hingga penggundulan Monas dengan segala dramanya. Diam saja mungkin jauh lebih bijaksana, dari pada menjawab dan kemudian hasilnya adalah masalah baru. Soal pohon itu jelas dipotong, mau ngeles disehatkan, eh pejabat lainya mengaku memang untuk meubel.
Berkaitan dengan penggundulan Monas, adalah soal balap mobil listrik. Ini juga lagi-lagi polemik yang terjadi. Prestasinya belum kelihatan namun hiruk pikuknya yang gede. Lagi-lagi hanya soal komunikasi yang sangat buruk, sehingga menjadi riuh rendah.
Hingga Gubernur DKI abai ketika ada anak maaf bunuh diri karena pembullyan di sekolah. Sepi dari spernyataan, apalagi perhatian. Ingat ia adalah pecatan Mendiknas, sedikit banyak harusnya sudah lebih tahu, paham, dan bisa memberikan tanggapan yang jauh lebih mendasar. Toh sama sekali tidak ada reaksi sama sekali.Â
Eh malah tiba-tiba muncul pemberitaan kalau Gubernur Jakarta tidak datang dalam sebuah seminar mengenai lingkungan di sebuah kampus di Jogya. Alasannya adanya mahasiswa demo menolak. Padahal pada konteks yang sama Gubernur Ganjar tetap datang. Demo ini bukan khusus pada Anies lho, tetapi Ganjar juga di demo dengan alasan yang berbeda tentunya. Toh Ganjar tetap datang.
Mengenai tindakan perudungan, Ganjar juga cukup sigap. Ia hadir, baikk untuk pelaku, terutama untuk korban. Pelaku yang masih di bawah umur juga dipikirkan. Korban dan keluarga juga diberikan perhatian yang sangat cukup.
Sekolah dan yayasan di mana kejadian berlangsung mendapatkan juga sorotan dan bagaimana baiknya ke depan. Lihat, jauh lebih luas cakupan dan kinerjanya, padahal bukan mantan Mendikbud lho, bisa memikirkan seluas itu.
Dari dua kisah faktual itu bisa dilihat, bagaimana kinerja seorang pemimpin. Kepemimpinan itu tidak sekadar ambisi, cita-cita, atau dukungan atau tidak, namun kinerja, dan bisa membuktikan di dalam menanggapi keadaan. Sigap dan cepat memetakan masalah dan kemudian mencarikan peluang jalan keluar.