Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Andre: Saya Diserang Buzzer Ahok

17 Februari 2020   18:34 Diperbarui: 17 Februari 2020   18:45 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Cukup lucu pernyataan Andre Rosiade ini, bagaimana ia yang membuat kasus dengan pengrebegan PSK, dan berpura-pura diserang buzzer Ahok. Padahal hanya karena ia diledek, anggota dewan serasa anggota satpol PP sebagai tanggapan atas ledekannya mengenai, komut serasa dirut.

Konteks itu saja, selesai, satu banding satu, kalau mau jujur. Konteks berbalas pantun dengan Yunarto Wijaya. Ketika kasus dia melebar ke mana-mana, kog jauh dari masalah Ahok sebenarnya. Jauh panggang dari api. Jika meminjam istilahnya, dengan istilah menyerang, jauh lebih banyak dan intens adalah kolega Andre di koalisi. PKS dan Gerindra yang jauh lebih kuat.

PDI-P sebagai partai Ahok, kalem-kalem saja, diam malah. Tidak ada yang dibuat. Karena memang tidak ada kepentingan. Lebih cenderung banyak bermain adalah PKS. Mereka mengapa bermain cukup kuat? Keberadaan cagub Sumbar yang makin dekat. Sangat logis mereka memainkan isu yang sangat kuat ini. Lumayan, kampanye gratis dan Andre yang perlu banyak beaya untuk menghapus belepotannya.

Gerindra juga demikian masif. Lihat MKD dewan, meskipun kolega toh tega juga. Pembelaan ada, tidak cukup kuat. Pun Demokrat sebagai partai juga menyelesaiakan dengan ranah etik. Lagi-lagi kolega sendiri. Partai lain tidak ada pergerakan sama sekali malah.

Apalagi Gerindra juga kelihatannya malah mengusung calon lain. Jelas arahnya ke mana dan seperti apa. Ketika sudah semakin jauh dan malah Andre memainkan narasi buzzer Ahok ada beberapa hal yang layak dilihat,

Ia mau menaguk sentimen Ahok sejak era 2017. Salah tempat. Ahok dengan kedudukan yang sekarang sudah tidak lagi menjadi musuh bersama sebagaimana 2017. Kondisi cukup jauh berbeda. Lihat kemunculannya dinantikan, dukungan sejak masih isu hingga kini tidak kurang kencangnya. Apalagi gagasannya juga kelihatan jelas.

Ia lupa, Prabowo telah tidak mendapatkan banyak suara dari DKI di mana kantong suara yang bisa dikatakan sebagai kantong anti-ahok.  Tidak cukup cerdik memainkan isu dan narasi. Wong dia belepotan sendiri, mengapa mengaitkan dengan Ahok.

Ia juga tahu persis, Ahok termasuk orang yang memiliki pendukung fanatis, dan ia mau menjadi pust perbincangan ketika mengaitkan diri secara negatif terhadap Ahok. Mau menjadikan dirinya sebagai korban politik. Ia tidak cukup cerdik.

Persoalannya itu dia diserang oleh para pelaku yang berseberangan dengan dirinya, tetapi juga bersisian dalam banyak hal. Isu Ahok itu hanya akan santer disetujui dan menjadi booming jika bersama PKS. Lha kali ini PKS bermain sendiri, ya tidak akan mempan dan laku.

Usai belepotan dengan PSK baru mengaku dihajar atau diserang buzzer Ahok, ya jelas tidak berdasar. Wong nyatanya ia sendiri yang gagap dengan skenario dan aksi yang jelas terlihat kalau ada unsur kesengajaan. Ia tidak bisa mempertahankan narasi yang ia buat sendiri.

Cukup cerdik melihat peluang memainkan narasi agama dengan pelacuran. Namun malah menjadi bumerng, ketika hotel berbintang yang menjadi sasaran TKP. Ini jelas pelecehan luar biasa. Mereka demi reputasi bisa melakukan apa saja. Ini kelemahan yang Andre abaikan. Dampak bagi hotel dan pariwisata. Ini salah sendiri, bukan salah Ahok.

Kondisi ini memberikan gambaran cukup kuat, bagaimana Andre sebagai politikus ceroboh dalam memainkan narasi politis. Agama dikemas jauh lebih baik memang, namun salah strategi karena memang tidak cukup cerdas.

Kemudian memanaskan lagi dengan memainkan narasi anti-ahok, jelas tidak mampu lagi karena keberadaan pelaku yang berhadap-hadapan dengannya bukan semata Ahok dan yang bersisian dengan Ahok, malah yang sejalan dengan mereka kog.

Ada anggapan Ahok sakti, atau karena orang dirugikan dibalaskan oleh Semesta, ah tidak juga. Yang jelas bahwa karena ia mainnya ugal-ugalan jadi jatuh terjerembab. Pembalap itu lajunya terukur, terkendali, jadi aman.

Beda dengan pebalap liar, pelaku balap jalanan, itu ugal-ugalan, jadi jangan salah kalau jatuh dan akibatnya fatal. Mengerikan dampak ugal-ugalan, pun dalam berpolitik.

Memainkan isu strategis jika tidak dikemas dengan manis ya  malah jadi pahit. Maunya mendapatkan posisi strategis dan lebih dulu mendapatkan point positif banyak malah kacau balau.  Sensitifitas agamis yang dimainkan dibalas dengan malah menjadikan bumi religius itu tercemar. Jelas ini fatal, tidak ada ampun lagi. Terjerembab digigit anjing pula.

Eh menarasikan buzzer Ahok. Ini langkah selanjutnya memainkan narasi pihak yang antiahok. Gaungnya sudah tidak ada, wong Jakarta sudah diberikan bukti dan bahkan jadi bukti keberadaan Ahok sebagai yang baik dengan banjir dan jawaban Anies yang kacau. 

Yang terbaca oleh publik Andre sama dengan Anies di dalam kualitas kerja, bukan berhadapan dengan Ahok yang melanggar batas agama. Artinya ia sudah jatuh tertimpa tangga digigit anjing eh ada yang buang comberan dari atas lagi.

Masih perlu banyak belajar berpolitik, bukan berpolemik, apalagi menuduh sana sini. Sangat mungkin trafik internet tinggi, hanya saja itu tidak cukup. Tepuk tangan semu semata.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun