Bangsa ini suka atau tidak belum saatnya demokrasi yang model barat seperti ini. mengapa?
Bekal masih sangat minim. Lihat bagaimana bisa berbicara asal bicara. Dari elit sampai akar rumput. Kalau terkena pasal dan penegakan hukum akan menyatakan khilaf kalau akar rumput ya tetap masuk bui. Elit yang tetap ngeles ke mana-mana.
Taat azas masih sangat minim karena keberadaan eforia atas hidup demokrasi yang puluhan tahun dikekang Orde Baru. Dari elit hingga akar rumput sama saja perilaku dan cara berkomunikasinya. Memalukan sebenarnya jika tahu adat dan tahu sopan santun. Namun ya itu yang ada.
Lemah dalam membaca dan belajar. Lihat saja berapa orang masuk bui. Itu semua karena sembaranag dalam menggunakan media dan berkomentar di dalam media sosial. Padahal jika mau sedikit belajar dan mau membaca dengan cermat tidak akan terjadi.
Membaca itu menjadi penting, sehingga tidak mudah terpedaya dan juga salah di dalam bersikap. Miris sebenarnya kemajuan zaman dan ilmu pengetahuan dan alat komunikasi namun tidak dibarengi kemanfaatannya. Seolah malah menjadi mala petaka. Padahal karena pilihannya yang salah.
Kelompok tertentu itu masih suka gaya feodal. Maunya kelompok tertentu yang mengendalikan bangsa ini. Dan ketika orang luar kelompok yang menjadi pemimpin, mereka meradang. Ketika tidak berdaya, ya sudah memainkan bagaimana isu menjadi liar dan keadaan tidak kondusif.
Pemberitaan yang sering memilih bombastis dan demi pembaca, sering mengabaikan ranah kepantasan. Â Pemilihan judul dengan maksud tertentu, apalagi hanya demi pembaca tertarik namun bisa menjadi sumber polemik jelas tidak patut.
Bangsa ini entah sampai kapan suka berpolemik. Lha hal sepele saja ributnya minta ampun. Susah membayangkan gagasan besar Pak Jokowi untuk Indonesia sejajar dengan China, Amerika, dan tidak hanya menjadi negara berkembang, kalau selalu riuh rendah pada hal-hal yang tidak bermanfaat. Â Selalu saja tersinggung, sensitif, ketika agama disebut. Padahal apa sih yang berkurang. Apalagi jika itu adalah kenyataan.
Susah maju jika orang hanya berkutat pada persepsi, asumsi, dan kepercayaan buta tanpa mau tahu apa yang terjadi secara lebih luas. Â Beragama tanpa perkembangan diri sama juga hidup di dalam gua namun merasa paling tahu dunia. Tanpa membaca dan internet malah lebih kuat untuk yang negatif. Contoh pelacuran dan ha ha hi hi yang tidak berdaya guna. eLeSHa.
Terima kasih dan salam
Referensi: