Andre Rosiade, Penegakan Hukum, Pencitraan, atau Korban Rival Politik?
Beberapa hari lalu Andre R, elit Gerindra dan juga kandidat kuat cagub Sumbar menampilkan diri sebagai seorang wakil rakyat yang beride cemerlang. Ia mengatakan bersama kepolisian melakukan penggrebegan aksi prostitusi. Benar ini aksi prostitusi karena tangkap basah. Â Pihak Andre yang mengeluarkan pernyataan.
Wakil rakyat yang tidak ingin daerahnya makin buruk citranya dengan adanya pelacuran. Baik pada ranah ini. Namun apakah tindakannya baik adanya, ketika berbagai pengakuan dan kejanggalan yang ada itu terkuak?
Pengakuan dan penjelasan polisi sangat masuk akal. Mereka pelakukan penggrebegan karena adanya laporan dari Andre, apalagi anggota dewan pusat. Point ini sangat sahih, benar, dan tidak ada masalah. Semua benar, yang dilakukan polisi, ataupun yang dinyatakan. Tidak ada yang perlu dipersoalkan.
Pengakuan si tersangka, pelaku pelacuran yang mengatakan, mengapa dipakai dulu baru digrebeg, ini lucu, mohon maaf bagi pelaku, mengapa lucu?
Pertama, siapa yang tahu kapan akan terjadi "aksi" seksual, kecuali yang benar-benar paham dengan kegiatan tersebut. Polisi sering kog datang itu terlambat, bom, kecelakaan, atau perampokan. Ya wajar karena laporan, perjalanan, dan koordinasi itu perlu waktu. Lha ini kog bisa selesai dan ditangkap.
Kedua, biasanya penangkapan itu sebelum atau malah pelaku sudah kabur. Itu sangat umum. Lha ini pas selesai, jadi memang seolah ada rekayasa sepertinya untuk menangkap sepenuhnya yang tidak bisa dielakkan lagi. Benar dan bagus juga karena dengan demikian, sahih tidak bisa ngeles lagi.
Ketiga, si pelaku lain, lagi-lagi mosok seperti aksi bokep Ariel yang dipidana sendiri. Ini hanya makelar alias germo dan pelaku perempuan. Si laki-laki ke mana. Atau ada apa si laki-laki tidak ada pemberitaan selanjutnya.
Keempat, Ombudsman menyatakan jika dengan settingan atau  penjebakan, ranah kepolisian, jadi bukan Andre yang merencanakannya. Benar dan logis yang dikatakan Ombudsman.
Yang lebih tepat adalah Andre melaporkan kemungkinan adanya pelacuran dan polisi yang akan merencanakan seperti apa selanjutnya. Ini Andre benar seratus persen. Mengapa bisa seceroboh itu memainkan peran.
Kelima, awalnya membantah soal kamar hotel, kemudian mengaku meminjamkan tempat untuk itu. Ada apa? Pengakuan meminjamkan ini menjadi tanda tanya, wong sebelumnya dibantah, namun ketika beredar nota pemesanan kamar, baru mengaku bahwa itu dipinjamkan. Kan sejak awal dia yang menyewa memang.
Awalnya Andre jelas berpikir ini sederhana, penggrebegan polisi atas aksi pelacuran. Point besar untuk dapat kampanye mau jadi apa saja. Apalagi konon mau maju untuk pilkada. Lumayan. Namun ketika kemudian terkuak satu-satu kejanggalan seperti ini?
Unsur politis, dimainkan juga oleh rival politik sangat mungkin. Masif juga pembicaraan soal satu nama ini, dan media tertentu yang menyiarkan terus. Belakangan baru media lebih gede ikut nimbrung. Jelas lah model pembunuhan karakter bisa menjadi sarana murah meriah dalam berpoitik. Masih dalam kadar yang wajar juga sih.
Jika benar rekayasa seperti yang sudah ditengarai banyak pihak seperti ini, menarik  melihat perilaku politikus ini, bagaimana politik menjatuhkan orang lain untuk menaikan citra diri demikian mudah dilakukan.  Mengorbankan perempuan yang butuh uang demi politik dirinya. Mungkin kita paham motif Andre adalah kampanye, namun motif si perempuan mencari uang dengan menjadi pelacur apa tahu?
Apa juga sesederhana itu bahwa pelacuran itu salah, tanpa mau tahu alasannya. Sangat mungkin itu gaya hidup, namun jika itu untuk memberi makan anaknya?  Bayangkan, apakah tidak lebih bijak dan baik memberikan lahan pekerjaan, pelatihan ketrampilan, dan sejenisnya dari pada  membesarkan kasus dengan penggrebegan. Ingat kasus pelacuran itu setua umur manusia.
Tentu bukan membela pelacuran dan pelacur, namun bukan dengan kaca mata dan paradigma sebelah semata. Ketahui juga latar belakang dan kebutuhan pihak lain. Mosok wakil rakyat, pusat lagi, pola pikirnya demikian sempit. Miris.
Andre tentu tidak akan menyangka sebesar dan seliar ini bola salju yang menggelinding, efek positif yang diharapkan malah tidak karu-karuan menghantam dirinya. Jauh lebih buruk apalagi jika ketahuan benar ia yang memesan dan membayar untuk pelacuran itu.
Sedikit saja lebih cerdik, ia melaporkan bahwa ada pelacuran online di Padang, soal mau menjebak atau menggunakan umpan itu polisi lebih tahu dan paham. Pelaporan dia akan bisa dijadikan bahan kampanye. Miris bahan bagus di tangan bukan ahli malah mentah dan menjadi bumerang.
Ia lupa kalau ini permainan empuk bagi politikus. Ia yang maunya kampanye awal malah menjadi sasaran tembak duluan. Bisa layu sebelum berkembang jika ia tidak cerdas mengelola isu yang ia buat sendiri ini.
Bola salju sudah menggelinding dan membesar. Mengarah kepada dirinya malah. Jauh lebih cerdik ia diam saja dan memilih ahli komunikasi untuk menjadi juri bicaranya. Tidak akan bisa ini politik tenar meski cemar ia ambil.
Sumbar berbicara soal orang mengambil keuntungan dengan mengorbankan pihak lain jangan harap masih bisa banyak berbicara. Strategi yang salah kelola. Kesusu, kalau orang Jawa bilang. Kebat klewat, maunya cepat malah kelewat.
Pihak rival juga mengintai di tikungan. Jangan anggap rival politik tidak ikut memainkan peran untuk menelanjangi Andre. Sangat mungkin juga mereka ikut dompleng dalam derita Andre. Seolah-olah  berbicara fakta, namun demi keuntungan sendiri.
Ingat ini politik, jadi jangan kaget kalau terlibas permainan sendiri. Dan itu Andre perlu pelajari, mungkin dia lupa, detail dalam permainan itu penting. eLeSHa.
Â
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H