Corona, Fakta, Separo Fakta, dan Lepas Fakta
Beberapa hari ini pembicaraan virus corona yang menjadi wabah di bagian dari negeri China, seolah di sini juga demikian. Baik, jika itu adalah sebentuk kewaspadaan dan kehati-hatian. Namun menjadi lucu dan maaf naif ketika mengaitkan itu dengan azab dan sejenisnya, dan malah politis lagi yang dinyatakan sebagai azab. Tidak ada yang salah mengaitkan itu dengan kehendak Tuhan, atau hukuman sekalipun, asal berdasar, dan tepat.
Lha mosok katanya Allah Maha Penyayang dan Maha Pengampun, kog menghukum pihak lain yang tidak ada sangkut pautnya sama sekali. Lha di mana Mahaadilnya coba? Apalagi ketika yang dijadikan dalil jika itu adalah hukuman Tuhan pun jauh dari apa yang sebenarnya terjadi. Masih pro dan kontra apa yang ada di sana. Lha apa iya Tuhan menghukum karena tidak tahu, kan lucu.
Dalam salah satu kisah buku inspirasi, Anthony de Mello berikisah, pada sebuah padang belantara wabah bertemu dengan Musafir. "Mau ke mana, kog tergesa-gesa?" tanya musafir.
'Mau ke kota A, mau merenggut 1000 orang..." jawab wabah dingin.
Sekembali dari kota A, musafir bertemu kembali dengan Wabah, "Katamu mau merenggut 1000 orang, kog yang mati 50.000 orang?" tanya musafir.
"Aku merenggut 1000, yang lainnya karena ketakutan, bukan karena aku."
Cukup menarik, hal yang sama terjadi. Ketika ada anak "kesurupan" atau keadaan lain, akan terjadi yang sama pada anak lain. kejadian menular, padahal sebenarnya sama sekali tidak ada yang demikian. Psikologis semata yang terpengaruh. Bagaimana pelaporan dari sana dan sini ada yang telah terkena Corona, ternyata hanya demam biasa. Atau karena datang dari Wuhan dan agak panas, sudah disimpulkan pasti terinveksi.
Beberapa fakta yang baik untuk pembelajaran.
Pemerintah China tidak banyak omong, wacana, apalagi hanya bernarasi. Mereka serius membangun rumah sakit khusus dan ditarget dalam 10 hari selesai. Dan malah dalam bilangan enam hari mereka sudah menyelesaikannya. Â Pemerintahan yang serius menanggulangi potensi yang terjadi. Cepat dan tanggap.
Ini jauh lebih penting dari pada sekadar othak-athik gathuk, dan malah tidak gathuk blas lagi. Mereka melakukan apa yang harus mereka lakukan. Dan itu penting. Tidak malah berpolemik dan berpikir berkepanjangan bukan solusi lagi.
Tidak mengherankan, ketika sudah ada laporan jika pasien penderita sudah dinyatakan boleh pulang. Artinya mereka sudah bisa mengatasi kendala itu dengan tepat. Ini penting, menenangkan warga, bukan malah membuat gaduh. Bagaimana jika itu terjadi di sini, pejabat  banyak bicara, kunjungan, diskusi dan malah korban bertambah. Bandingan ketika banjir.
Ini adalah fakta. Fakta pula bahwa banyak mengonsumsi binatang liar, namun fakta pula bahwa korban pertama konon tidak pernah ke pasar itu, berarti masih bisa diperdebatkan. Separo fakta, separo asumsi, meskipun memang berdasar ilmiah. Jika hewan liar tidak diketahui apa saja mangsanya, apakah mereka membawa parasit atau bahkan racun dalam tubuhnya.
Masih logis, wajar, dan bisa dipahami. Lagi-lagi waspada dan hati-hati. Karena ada beberapa daerah juga pemakan hewa ekstrem ada di sebagian wilayah bangsa ini. Menjadi perhatian untuk lebih hati-hati memasak dengan baik dan benar-benar matang bisa menjadi salah satu upaya.
Perang dagang juga masih bisa dinilai wajar dan ada bukti-bukti yang masih bisa diterima akal sehat. Apalagi reputasi Amerika dan segala perilaku mereka selama ini, bisa juga mengarah ke sana. Keberadaan perang dagang yang membuat Amrik galau memang sangat mungkin bisa saja demikian. Asumsi dan  persepsi yang masih masuk akal.
Ada pula yang mengatakan laboratorium senjata biologi yang bocor. Ini pun pernyataan yang masih bisa diterima akal sehat. Bagaimana persaingan ke depan itu memang perang bukan dar der dor dengan senjata api lagi. Jauh lebih efektif dengan senjata biologi. Toh film-film telah menayangkan itu. Namun masih cukup jauh dari kebenaran faktual. Sangat mungkin iya, namun mungkin juga tidak.
Lebih menggelikan, ketika dinarasikan, bahwa ponsel merek X menjadi agen, atau sarana menebarkan virus ini. Hal yang sangat tidak masuk akal. Apakah hanya candaan, atau persaingan bisnis, kelihatannya tidak juga. Ini justru malah memberikan gambaran yang tidak patut. Bagaimana bersikap tidakrasional, bukan lagi memikirkan solusi, apalagi berempati pada korban.
Mengapa hanya menyebut merek tertentu, padahal kini hampir semua keluaran China ponsel yang merajai pasaran di sini. Korea Selatan juga tidak lepas dari pengaruh virus ini, jika berbicara ponsel menjadi agen penyelundup.
Sikap optimis Menteri Kesehatan mengenai keberadaan mahasiswa di Wuhan yang tidak terkena virus corona, karena memiliki daya tahan tubuh yang kuat, itu penting. Mengapa? Karena itu sudah sebuah penangkal yang kuat, apalagi jika malah "mengundang" secara tidak langsung, melemahkan kekuatan antibodi tubuh terlebih dahulu.
Jaga kesehatan, jaga pola makan, dan membaca berita dan artikel yang waras jauh lebih penting, dari mana cemas dan mencari-cari atau malah menyebarkan hal yang belum tentu benar. Berpikir positif, jika tidak mampu memberikan bagian solusi, tidak perlu juga memberikan peluang ngrusuhi.eLeSHa.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H