Saat SBY Turun Gunung dan Target Elit yang Tergusur
Cukup menarik apa yang disampaikan SBY soal Jiwasyara. Presinde keenam, dan ia-lah yang paling anti penyebutan mantan, agar ada kesinambungan, dan benar juga. Sangat elok jika sebagai presiden memberikan pernyataan itu bukan via media sosial. Tinggal angkat telpon, Jokowi saya mau bertemu, ingat Pak Habibie dulu! Datang dan diskusi.
Toh pilihan, dan itu bebas. Dan momentum usai berduka ganda itu baru kali ini Pak Beye hadir memberikan pernyataan politik. Menarik adalah mengapa Jiwasraya dan menyebut nama dari para "target", padahal banyak skandal yang mulai dikuak era Jokowi-Amin. Ada yang jauh lebih heboh Garuda, toh diam saja.
Ada beberapa hal cukup janggal dan menarik untuk dilihat lebih dalam lagi pernyataan Pak Beye:
Pertama, soal penyebutan nama-nama yang hendak dibidik. Ini jelas tidak patut, apalagi beliau sendiri mengaku itu sebagai berita yang belum jelas dan pasti. Namun menyebut menteri dengan nama dan juga periode lalu, kemudian mengaitkan dengan Presiden. Kurang patut karena yang menyampaikan adalah Presiden ke-6 dan juga ketua umum parpol dalam parlemen.
Sisi kedua kurang patut adalah, tahu kalau itu masih belum pasti. Artinya beliau paham itu adalah hal yang bisa benar bisa tidak. Bisa juga sama sekali tidaktepat demikian. sangat baik jika beliau mengatakan, ada pihak-pihak yang menjadi target dan itu tidak bagus. Itu jauh lebih elegan dan bijaksana.
Kedua, kader Demokrat jangan ikut-ikutan. Lha inisiatif pertama dari kader Demokrat kog. Jadi bukan ikut-ikutan mereka. Aneh dan lucu nasihat seperti ini. Seolah  Demokrat apalagi Pak Beye adalah pahlawan bagi bangsa ini dalam kasus Jiwasraya ini. Tidak perlu ada kata demikian,  jika tahu dengan baik sejak awal mengikuti dinamika politik, apalagi ketua umum partai. Partai parlemen, beda dengan partai tidak lolos yang bisa bicara asal-asalan.
Ketiga, mengapa reaktif ketika menyangkut Jiwasraya. Memangnya kasus yang dibuka hanya ini? Kan tidak. Â Sangat menarik melihat kelanjutannya. Setuju pegusutan sampai ke akar-akarnya, jangan hanya bicara soal pemilu dan pilpres 2019, toh BPK mengatakan laporan 2006 ada rekayasa laporan. Jika itu semua ditelisik dengan jujur jauh lebih membahagiakan bagi rakyat kog, adil dan bersih.
Apa yang sekilas tampak justru bisa menjadikan pertanyaan lebih lanjut?
Mengapa Demokrat dan Pak Beye demikian reaktif. Hal yang jamak terjadi, ketika ada reaksi berlebihan, biasanya ada apa-apanya dengan yang bersangkutan. Dengan penyebutan nama, seolah mau melindungi si tersebut, padahal sejatinya malah melindungi dirinya dan kelompoknya tentunya.
Kerusakan sistem itu jau-jauh waktu, bukan tiba-tiba kemudian terjadi dalam hitungan jam atau bulan. Jadi suka atau tidak, keterlibatan presiden periode sebelumnya sangat mungkin. Konteks inilah tidak ada mantan presiden justru terpakai dengan baik dan benar. Jangan hanya malah ketika baik dan berprestasi kemudian mau mengakui.
Posisi Erick Tohir sebagai ketua TKN dalam pilpres, dan kini Menteri BUMN, apa iya, jika dulu menerima aliran dari sana kemudian malah membuka boroknya sendiri. Jauh lebih realistis Erick dan juga Sri Mulyani serta Jokowi akan diam saja. Menutup-nutupi, mosok malah membuka kedok sendiri? Malah jauh lebih aneh, apalagi rekam jejak terutama Jokowi masih belum ada yang mengarah model demikian di dalam berpolitik. Pun Sri Mulyani dan Erick Tohir, jadi susah melihat ada kaitannya ke sana.
Sangat berbeda dengan keberadaan yang sedang gundah dengan perilaku di masa lalu. Faktual ketika masuk bui KPK toh ke mana arahnya juga jelas. Menteri dan dewan dari kader partai yang sama, bidang yang sama. Pengawas dan pelaksana satu kamar yang sama. Apakah hal yang sama diterakan pada saat kekinian? Sangat mungkin.
Apa yang disampaikan Pak Beye, benar, bagus, dan penting, asal bukan hanya menyasar pada satu sisi dan merasa sisi lain pasti baik dan tidak salah. Mengapa tidak juga dinyatakan apa yang BPK katakan itu? Itu ada, rekaman jejak digital lengkap, bagaimana 2006 ada rekayasa pelaporan. Â Jika hal ini juga dikatakan dan diungkap, jempol lima untuk Pak Beye.
Negara dan juga rakyat kebanyakan sudah sebah perutnya melihat elit hanya berkutat membela diri dengan menuding pihak lain pasti salah. Menaikan citra diri tidak perlu menginjak rival, itu baru jempolan. Miris selama ini perpolitikan hanya diisi dengan model politik kepiting membebaskan diri. Menyapit dan menginjak yang lebih kecil.
Tentu juga bukan membela bak babi buta kalau kabinet dan pemerintahan kali ini pasti benar. Tidak juga, hanya melihat rekam jejak yang ada itu seperti apa. Apalagi jika penyelesaian dari banyak masalah apalagi korupsi itu mau dan bisa menyeluruh. Tidak hanya pada pelaku lapangan dan yang disebut dalam persidangan, bahkan bukti hukum karena dalam putusan ternyata sama sekali tidak pernah ditindaklanjuti.
Ayo Pak Beye, bongkar semua, tapi siap juga jika menerba inti dari Partai Demokrat juga. Saatnya bebersih, bukan hanya memercikan air dan kemudian merasa sudah mandi. Berani? eLeSHa.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H