Pagi-pagi diskusi alias ngomong ngalor-ngidul dalam grup percakapan dari Sunda Empire, dan berkaitan dengan media sosial yang berbicara pohon, akhirnya jadi tergelitik untuk mencari-cari apa toh yang terjadi. Semalam, tergoda oleh video yang dibagikan Kompasianer Anhuz di media sosial, akhirnya menonton hingga hampir seperempat jam.
Hampir serempak mengatakan jika itu hanyalah lelucon, guyonan, dan ujung-ujungnya adalah halusinasi para pelaku, dan juga yang diwawancarai oleh media itu. Di sana, si elit ini, bukan petinggi mengatakan jika tanda-tanda bahwa kekuasaan mereka itu benar dengan mundurnya Paus Paulus, padahal Paus yang mundur adalah Paus Benediktus. Kemudian paus yang sekarang pun disebutnya Paus Paulus, artinya asal bicara. Belum lagi soal nuklir, soal Nato, dan seterusnya.
Asal bicara dan mengaitkan banyak istilah, mirip anak sekolah tahap awal yang banyak mengutip namun tidak tahu arti, atau baru belajar bela diri satu dua jurus dan kemudian mencoba menantang siapa saja. Masih wajar asal bukan menebarkan kekacauan, ketakutan, dan kemudian pemaksaan kehendak dan penipuan. Halusinasi jauh lebih tepat dari pada berbicara soal makar dan seterusnya.
Di saat yang bersamaan, malah tergelitik oleh pembicaraan dalam media sosial dan juga adanya artikel yang menyatakan jika pohon itu bukan ditebang, namun dipindahkan. Ada dua hal yang secara prinsip ini perlu ditelaah lebih jauh.
Satu, jika benar bahwa itu dipindahkan, berarti pohon puluhan tahun itu bukan ditebang. Namun hampir semua media menyatakan penebangan, pohon ditebang, hampir tidak ada yang memberitakan pohon dicabut untuk dipindahkan. Ini secara esensial sudah jauh berbeda makna, arti, maksud, dan akhirnya pada kegunaannya.
Kedua, penebangan artinya di atas permukaan tanah, batang pohon akan dipotong, jika dipindah usia pohon setua dan sebesar itu pasti akan dengan akarnya dan tidak akan semudah memindahkan tanaman bonsai. Â Dan jauh sangat tidak logis dan lebih masuk akan adalah penebangan. Pemilihan kata pelaku media jelas lebih masuk akal.
Salah satu media dan pemberitaan yang menyatakan itu adalah pemindahan pada berita berikut merdeka.com.
Namun jika dicermati lebih jauh bukan pula pohon puluhan tahun yang dipindahkan, itu paling hitungan bulan. Jika melihat penampang batang hanya sebesar itu. Jadi pemindahan itu pun masih tanda tanya.
Apalagi jika bicara jumlah pohon, satu pihak dengan pihak lainnya tidak ada yang sama. Artinya bahwa ada yang tidak jelas, tidak pasti, dan ada yang tidak pas dengan banyaknya alasan dan dalih yang berbeda-beda.
Jika lagi itu pemindahan, kata sumber yang diberitakan tersebut terjadi pada bulan November, itu artinya pas masih ada pada puncak kemarau, ini bukan soal air karena bisa disiram, namun soal panasnya iklim dan sinar matahari langsung yang bisa membakar tanaman yang baru dipindahkan. Sekali lagi ini bukan bonsai, namun pohon keras, gede, dan panjang. Penanganan sangat rumit. Memang secara teori masih bisa pohon sebesar apapun dipindahkan.
Rekam jejak menyelesaikan masalah dengan sepele, kog makin tidak percaya bahwa ini benar-benar dipindahkan, itu pohon yang gede-gede. Pemindahan atau penanaman baru sangat mungkin, tanaman yang masih sangat kecil itu. Jadi dua hal yang berbeda namun mau digunakan untuk menjawab hal yang sangat berbeda.
Fakta lapangan iya ada yang serupa tanaman pindahan, namun bukan tanaman gede yang ada pada posisi lain dibawa pada kawasan yang berbeda. Ini menjadi penting, sehingga publik bukan dikibuli, namun benar-benar ada yang fakta yang sebenarnya. Apalagi jika melihat dalam pemberitaan itu, akses ditutup untuk bisa mengecek keberadaan dan kebenarannya.
Lucu lagi dewan yang mengaku kaget, kalau aktivitas sejak November, berati cukup lama, mosok tidak ada yang tahu. Jauh lebih mungkin adalah, pohon yang katanya pindahan itu tanaman baru beli dan yang besar-besar lebih cenderung ditebang dan kayunya itu yang perlu ditelusuri lebih lanjut ke mana.
Halusinasi, kata Tante Wiki sebagai berikut,
Halusinasi adalah terjadinya persepsi dalam kondisi sadar tanpa adanya rangsang nyata terhadap indra. Kualitas dari persepsi itu dirasakan oleh penderita sangat jelas, substansial dan berasal dari luar ruang nyatanya. Definisi ini dapat membedakan halusinasi dengan mimpi, berkhayal, ilusi dan pseudohalusinasi (tidak sama dengan persepsi sesungguhnya, tetapi tidak dalam keadaan terkendali). Contoh dari fenomena ini adalah di mana seseorang mengalami gangguan penglihatan, di mana ia merasa melihat suatu objek, tetapi indra penglihatan orang lain tidak dapat menangkap objek yang sama.
Dengan mudah, segera, dalam pembicaraan orang mengatakan bahwa pegiat Sunda Empire adalah orang-orang halu, orang yang mengidap halusinasi. Berbeda ketika berbicara mengenai pemindahan atau penebangan pohon. Mengapa? Karena yang berbicara adalah orang-orang yang nyata-nyata adalah pegawai Pemerintah Provinsi, punya jabatan lagi. Kan tidak mungkin halusinasi. eLeSHa.
Terima kasih dan salam
Sumber:
Merdeka.com
Wikipedia.org
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H