Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Benarkah Jokowi "Membunuh" Anies Demi 2024 Seperti Kata Rocky Gerung?

25 Januari 2020   10:45 Diperbarui: 25 Januari 2020   10:54 1878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Benarkah Jokowi yang "Membunuh" Anies demi 2024, Seperti Kata Rocky Gerung?

Rocky Gerung kembali menyatakan, jika Jokowi "membunuh" Anies secara politis tentunya demi 2024. Layak dicermati, dan dilihat lebih dalam, pernyataan ini. Apakah mendasar atau semata spekulasi politis seperti biasanya. Posisi dan keberadaan Jokowi untuk 2024 dan kini bisa dijadikan bahan dan rujukan untuk mengajinya.

Posisi Jokowi

Keberadaan Jokowi untuk 2024 sudah bebas kepentingan. Pernyataannya awal-awal dinyatakan menang, mengatakan, saya sudah bebas, tidak ada beban. Mengapa  karena untuk dua periode selesai dan tidak ada kesempatan lagi untuk maju.

Gagasan dan ide banyak pihak untuk mengadakan rivisi jabatan presiden pun dengan jelas dan tegas Jokowi menolak. Jelas dua periode selesai. Susah melihat kepentingan untuk diri atau kerabatnya misalnya.

Ketika dirinya tidak ada alasan, keluarga pun jauh dari itu semua. Anak-menantunya masih terlalu muda dan hijau untuk melakukan percaturan politik  level nasional. Alasan pribadi dan keluarga sangat kecil menjadi pembenar analisis Rocky Gerung.

Jokowi dan Partai Politik

Kontestasi 2024 itu sangat menarik, karena tidak ada yang jauh unggul secara politis, dan juga kepopuleran. Pak KH Makruf Amin, sangat mungkin tidak akan menjadi kandidat, Prabowo sangat mungkin juga sudah terlalu tua untuk melakoni kampanye dan gelaran pilpres yang sangat melelahkan. Kader-kader parpol lain, masih memiliki kadar yang setara.

Jokowi juga bukan petinggi partai, artinya dia tidak memiliki kepentingan secara politis kepartaian untuk bisa melalukan " pembunuhan " karakter kandidat lain sebagai calon yang mungkin ada. 

Berbeda jika yang bermain adalah parpol, atau Jokowi adalah ketua parpol sebagaimana Mega, Surya P, Prabowo, atau SBY. Keberadaan Jokowi dalam partai bukan elit pengendali.

Memang ada kepentingan secara ketatanegaraan, bahwa negar harus dalam rel yang sama, seperti dalam gagasannya untuk mencapai apa yang digadang-gadang juga oleh sebagian besar warga negara ini. Karena  pengalaman merintis Jakarta yang menjadi porak poranda.

Jika Jokowi "membunuh" Anies sebagaimana pernyataan Gerung sangat mudah, katakan saja keburukannya ketika diganti sebagai menteri, atau biarkan Jakarta tidak diambil alih, atau berkoordinasi dengan KPK, Kejaksaan, atau Kepolisian untuk mengusut pelanggaran yang sangat mungkin bisa dibuktikan. Toh tidak dilakukan.

Harakiri Anies?

Ini jauh lebih mungkin. Mengapa? Apa yang dilakukan cenderung ceroboh, gegabah, dan ugal-ugalan. Bongkar pasang ornamen yang temporal dengan dana luar biasa. Tidak hanya sekali, namun berkali-kali dan  itu publik  tahu. Pembangunan yang sudah ada dibongkar dan dibangun ulang, pembukaan atab JPO, trotoar yang dibongkar dan diganti, jalan dicat dan diganti lagi katanya jalur sepeda, padahal pesepeda juga tidak jadi gaya hidup di Jakarta.

Masih segar juga soal anggaran yang luar biasa  tidak karuan, toh tidak ada tindak lanjut. Hanya bicara tuding sana tuding sini. Ini jauh lebih meyakinkan bahwa ia bunuh diri dengan memainkan anggaran dan perencanaan yang tidak jelas.

Eh malah diperparah dengan banjir dan dikatakan dengan bahasa aneh-aneh malah menjadi bahan candaan. Apakah ia tidak tahu bahwa itu salah, ia tahu, ia doktor ilmu politik, jelas paham. Dan perencanaan yang tidak pas dengan konteks ini bisa menjadi amunisi telak yang malah membunuh dirinya, bukan Jokowi justru yang melakukan.

Monas dan polemik yang terjadi, belum usai eh malah kebanjiran. Ini lagi-lagi jelas harakiri yang sangat telak yang dilakukan. Mau memainkan narasi apalagi, ketika kedaaan sudah seperti itu, di depan mata lagi.

Politik cemar asal tenar yang sengaja dipakai itu sudah usang. Pengulangan karena pernah sukses jelas kesalahan yang parah. Pemilih makin cerdas, apalagi jika mau dipakai untuk level nasional. Toh Prabowo-Sandi yang menggunakan pola yang identik tidak bisa meraih suara yang memenangkannya untuk DKI, belum lagi daerah lain.

Anies sebagai orang di luar partai politik, berbeda dengan Jokowi yang memang tenar dan berprestasi, membuat partai malah berbondong-bondong datang dan mengusung. Pesimis melihat partai mau mengusung Anies menjadi capresnya dengan capaian seperti ini. Memang selalu dibicarakan terus, apalagi media sosial, namun itu tidak cukup.

Pemilih jauh lebih cerdas dengan pengalaman-pengalaman yang sudah ada. Hidup bernegara juga jauh lebih baik dari hari-hari lalu. PAN yang ada di dalam pusaran yang sama saja sudah menyatakan menjual agama sudah tidak lagi laku dan menjanjikan. Anies jika memang niat mau maju sebagai kandidat 2024, perlu membenahi diri, bukan malah bunuh diri.

Para pendukungnya juga perlu membela dengan benar, berdasar, dan berkelas, bukan hanya melemparkan tudingan tidak berdasar, melebar, apalagi mengaitkan dengan agama. Wong selama ini yang dikritik dan dijadikan bahan bullyan soal kinerja, bukan soal agama, dan juga pribadi Anies kog.

Berlebihan jika mengatakan Jokowi mengebiri apalagi membunuh pelan-pelan Anies untuk 2024. Jauh lebih berdasar ketika Anies malah harakiri untuk dirinya dan karirnya, jika seperti ini terus. Belum tentu 2022 bisa menang di DKI juga jika seperti ini. eLeSHa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun