Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Simalakama Anies Baswedan

21 Januari 2020   09:00 Diperbarui: 21 Januari 2020   09:55 1406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi Taman Selatan Monas saat masa revitalisasi di Jakarta, Senin, 20 Januari 2020. Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Monumen Nasional (Monas), Isa Sanuri, mengklaim pohon-pohon yang ditebang oleh pengelola sebenarnya direlokasi atau dipindahkan ke area lain. TEMPO/Subekti.

Ormas yang baru saja ditiup, ini ada ketersalingan, saling memanfaatkan, dan saling menggunakan. Kesempatan terakhir, sekoci yang mungkin. Jangan sampai tenggelam, dan narasi bagus akan bisa menyelamatkan mereka bersama. Pembiaran sekian lama menyusahkan memang, karena bisa membuat ribet.

Penegakan hukum akan dinarasikan antiagama dan antikelompok tertentu. Susah melihat ini tidak atas settingan, ketika seolah-olah perilaku mereka menantang.  Arogan dan sengaja di depan mata lagi. Namun sekali lagi ini jelas sudah ada hitung-hitungannya. Semua berhitung dengan cermat, siapa ceroboh dia akan roboh.

Kegeraman warga apalagi melalui media sosial itu sebenarnya juga dialami para elit negeri ini, hanya saja mereka perlu momentum yang tepat. Memisah dan memilah untuk memilih kadang tidak mudah, dan itu sangat penting, ceroboh sedikit bisa berabe.

Jangan lupa, falsafah sapa salah seleh,  nah ini pada ranah ini  orang, terutama warga net tidak memegang dengan teguh kesabaran, sehingga sering maunya cepat-cepat. Ini berbeda, sama juga memisahkan tanaman padi muda dengan gulma, kalau ceroboh bukan gulmanya yang mati, malah tanaman padinya.

Perilaku ugal-ugalan, merasa di atas angin, dan perencanaan yang matang, pun perlu ingat, kebak sundukane, ketika tusuk sate itu sudah penuh dengan potongan daging, jangan harap masih bisa ditambahi lagi. Ketika semua perilaku ngawur sudah dilakukan, toh sudah tidak akan bisa lagi berkelit. Sepandai-pandai melompat, akan gawal juga.

Pengalaman mengatakan itu semua. Bagaimana si Dasa Muka dengan berbagai-bagai kasus bisa lolos toh, akhirnya bakpao mengantarnya ke penjara dan mengakhiri petualangannya. Soal ia masih bisa berkeliaran, beda kasus pembahasan. eLeSHa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun