Tarik ulur di tataran elit, dimanfaatkan oleh para pelaku yang masih ingin menjadikan dasar negara  yang berbeda. Lagi-lagi ini pembiaran sangat lama. Mereka telah merasuk ke dalam dunia pendidikan. Ini berkelindan dan ketika diselesaikan, akan berteriak memusuhi agama, manipulator agama akan berteriak kencang dan lantang. Lagi-lagi soal kait mengait, manipulator agama, politikus minim prestasi, dan para makelar yang kehabisan jalan untuk maling.
Mengapa Jawa Tengah? Pemilihan yang sangat logis, di mana kultur abangan yang sangat mudah ditakut-takuti dengan surga dan neraka, apalagi masif dan menyasar kalangan muda. Generasi dewasa dan tua, jelas tidak akan mampu diintimidasi, nah anak sekolah melalui guru dan pihak yang memiliki otoritas, dan itu guru sangat efisien.
Pendidikan yang telah mengalami penyusupan demikian dalam, memang perlu kerja keras dan kerja cerdas untuk bisa menyelesaikannya. Kehendak baik dari seluruh pemangku kebijakan, ketegasan untuk menyingkirkan minimal mengalienasi manipulator agama, menjadi penting dan mendesak. Lintas kementrian, sinergi peran dari berbagai latar belakang, bidang agama, pendidikan, dan keamanan perlu bekerja sama.
Egoisme sektoral perlu ditepikan, karena bagaimana mereka sudah demikian liat karena meleburkan diri dalam berbagai bidang. Lilitan yang akan diserukan sebagai permusuhan agama itu sudah direncanakan matang. Sejatinya tidak banyak dan besar kog, namun itu adalah dunia maya dan bukan nyata, hanya gaungan yang seolah besar.
Miris ketika Jawa Tengah yang demikian andap asor, lembah manah itu kini bermuka arogan, pongah, dan merasa paling benar. Secara umum Jawa Tengah masih aman, namun jangan dianggap sepele.eLeSHa.
Â
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H