Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Banjir dan Kesuksesan Besar bagi Anies

5 Januari 2020   10:54 Diperbarui: 5 Januari 2020   10:59 3102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banjir dan Kesuksesan Besar bagi Anies

Soal banjir yang sudah hampir sepekan ini masih menimbulkan pembicaraan yang panas. Dan kecenderungan masih saja identik dengan pilkada DKI 17 dan pilpres 19, di mana dua kubu saling serang dan saling tuding dengan pertahanan yang sama. Apapun jadi polemik dan pembelaan bak babi buta dari kedua kubu.

Presiden Jokowi sejak pertemuan dengan Prabowo dan ditekankan lagi ketika pelantikan, apalagi dengan memilih Prabowo masuk kabinet kan maksudnya menyatukan anak bangsa yang terpolarisasi dengan kuat dan demikian jauh seolah tidak bisa disatukan lagi. Upaya baik yang masih saja dirongrong, seolah pembenar bahwa pendompleng yang dinyatakan elit Gerindra mendapatkan pembenarannya.

Beberapa hal yang patut dicermati upaya itu melalui Anies adalah sebagaai berikut:
polemik soal sampah penyebab banjir. Jelas lah ini  umum, normatif, toh oleh Anies dijadikan bahan untuk bersitegang dengan presiden. Apa yo mungkin sekelas Anies tidak bisa mengambil simpulan malah mengurai simpul, jelas ini sengaja.

Anak-anak berenang, tanda itu adalah bahagia. Mosok segoblok itu kualifikasi Anies, tidak mungkin. Itu  sebentuk kesengajaan untuk para pengritiknya terus menebarkan kejengkelan, bahkan ada makian, dan itu bisa menimbulkan simpati yang makin kuat dari para pendukungnya yang memang sejak awal model taklid buta. Apapun pasti benar yang dikatakan Anies.

Mengatakan banjir Jakarta bisa diatasi sekelas lurah, ini jelas dia bukannya tidak tahu, ia paham, untuk memantik kemarahan publik, dan ia menang dan mendapatkan panggung. Pengerukan ton-tonan sampah itu memang ia biarkan terjadi. Toh tidak ada pelanggaran hukum, ini ranah moral dan itu bukan alasan yuridis untuk  melengserkannya.

Anies juga tidak sebodoh yang banyak ditudingkan pihak-pihak yang jengkel dengan model pendekatannya. Ia selalu mengedepankan antitesis pusat, Jokowi, Ahok, dan kewarasan banyak pihak. Hal yang lagi-lagi lakon sukses dijalaninya. Dia tahu baik ketika Presiden tidak mengundang rapat dan kemudian mengambil alih penanganan banjir, dia sudah tidak dianggap. Namun jangan lupa, demokrasi jelas mengendepankan kemenangan pemilihan apapun bentuk dan caranya untuk bisa tetap bertahan dan tidak mudah untuk dijatuhkan, kecuali dengan dasar UU yang sangat sahih.

Politik nggoblogi, pura-pura bodoh, pin-pin bo, sedang dilakoni dengan apik oleh Anies. Ingat model kampanye dia telah sukses besar di pilkada DKI. Ini yang coba dijaga momentumnya oleh banyak pihak yang memiliki kepentingan. Toh siapa itu sejatinya sudah paham kog. Hanya memang perlu momentum yang tepat untuk menyelesaikan dengan tuntas.

Kelindan dalam banyak segi hidup telah menyusahkan untuk memisahkannya. Sama juga dengan gulma dan padi yang terlambat untuk disiangi. Akan menyabut padi yang baik, ya minus malumnya, ada toleransi agar padi tetap bisa tumbuh. Memang ini merugikan, namun perlu diingat, jauh lebih merugikan jika dicabut dengan grusa-grusu.

Bodhoni, pura-pura bodoh itu bisa dua motivasi pun hasilnya. Pura-pura bodoh untuk banyak belajar dan menyerap ilmu dengan lebih baik, sama juga dengan mengosongkan gelas agar bisa diisi penuh. Dalam konteks positif ini orang bukan disebut mbodhoni, tetapi tahu batas. Hasilnya jelas lebih baik.

Berbeda jika pura-pura bodoh untuk mengakali dan mengadalin pihak lain. Jelas ini  motivasinya sudah buruk, hasilnya juga relatif sama. Di mana seperti buaya yang pura-pura merem dan hap, rusa masuk perangkap rahangnya yang demikian kuat itu.

Hal-hal ini seolah lepas dilihat para pengritik, atau ada sebutan pembenci Anies. Apapun sebutannya, yang jelas yang jengkel dengan pilihan Anies harus sadar, terbuka wawasannya untuk mencermati langkah-langkah Anies yang sangat terbuka ini.

Panggung ketenaran, ala pilkada Jakarta dan pilpres, panggung cemar asal tenar sukses memang diperoleh. Konteks dan kondisi berbeda, yang masih diyakini sebagai sebuah cara murha meriah, ya biar saja karena memang mereka tidak memiliki cara lain.

Sikap Jokowi dan jajaran yang mengambil alih jelas lebih bijaksana dari pada mengambil opsi memecat Anaies misalnya.  Apa yang dilakukan pendukungnya yang mati-matian selama ini semua kog, mereka paham dan jengkel, hanya saja tidak akan mau mengutuk pilihannya dan juga harapannya.

Anies ini semu pendukungnnya, mereka berteriak, memaki di medsos aslinya malu dan geram saja dengan rumahnya terendam. Tetapi jelas tidak bisa bereaksi yang sama. Nah apa yang bisa dilakukan? Ya memaki-maki, mencari-cari pembenar, sejatinya dalam hatinya ngamuk langit tingkat tujuh. Mana ada rumahnya kebanjiran masih memuji, omong kosong kalau waras.

Apa yang ditampilkan, apa yang dijadikan jawaban, apa yang dilakukan itu semua dalam satu frame, ada dalam satu rangkaian besar untuk mendapatkan tujuan yang lebih gede. Nah ketenangan, kesabaran menjadi penting. Jangan kemudian terpancing dan mengambil langkah gegabah untuk ini dan itu. Pilihan pemerintah pusat sudah cukup baik. Dan rakyat juga akan bisa setenang itu menghadapinya. Dengan tidak menganggap ia ada itu jauh lebih penting. Energi, waktu, dan tenaga tidak perlu dihambur-hamburkan yang tidak penting. eLeSHa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun