Tindak nyata, sinergi peran, kebersamaan baik dengan daerah sekitar dan juga pusat menjadi sebuah keharusan. Dana DKI jelas tidak akan mampu, pusat bisa menjadi penyokong utama. Namun jelas perlu rendah hati.
Kawasan lain, Bogor sebagai daerah atas, jelas saja ngakak jika disalahkan, kan kodrati air mengalir ke bawah. Ini bukan soal tuduhan semata, harus ada tindak nyata untuk membuat Bogor atas hijau dan banyak kawasan hutan dan kebun tanaman keras untuk menyimpan air.
Daerah sejajar, juga perlu diajak bicara, ingat bicara pada pemimpinnya, bukan air atau kalinya. Bagaimana mereka merancang bersama soal kanal, kali, atau apapun namanya.
Mau normalisasi, naturalisasi, atau kalisasi bukan yang utama, yang penting adalah air ada jalan tol untuk melaju pada muara akhirnya. Â Ingat laut juga baian bumi jangan memaksakan kehendak masuk ke bumi sebagai kodrat bukan laut. Lha laut bukan bumi memangnya ciptaane mbahmu.
Soal saluran ini tentu bisa memerlukan banyak kerja sama dan tidak mudah, lagi-lagi pusat bisa menjadi sarana untuk menjadi mediatir jika alot. Lagi-lagi rendah hati. Bagaimana mau sombong karena toh perlu pihak lain untuk mengatasi daerahnya.
Mau menyalahkan apapun sudah bukan waktunya. Pun berdeklamasi dengan kata indah dan bahkan memilih diksi yang berima untuk apa, nyatanya air sudah menggenang di mana-mana.
Kerja keras itu tidak cukup hanya dengan wacana indah. Wacana indah juga kadang diperlukan, karena masyarakat masih menyukai hal demikian, daripada aksi nyata yang menyakitkan. Membukan perban pada luka anak perlu juga ditiup meskipun bisa berbahaya, ya lumayanlah untuk mengalihkan perhatian.
Saatnya mencari solusi bukan saling caci maki apalagi cari kambing hitam. Kerja dan wacana perlu sinergi dan menyelesaikan masalah klasik ini. BD.eLeSHa.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H