Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ganjar dan Jateng Kebanjiran Investor, Bagaimana dengan Dampaknya?

16 Desember 2019   16:55 Diperbarui: 16 Desember 2019   17:03 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Ganjar Pranawa selaku Gubernur Jawa Tengah patut bangga dan merasa itu sebagai sebuah prestasi dengan banyaknya investor yang pindah kandang dari Jawa Barat, Jakarta, atupun Banten. Ia pun menyebut kawan-kawannya dari Korea Selatan, ataupun Taiwan banyak yang akan datang dan sudah berinvestasi di Jawa Tengah.

Mengapa Jawa Tengah ramah investasi? Ada beberapa hal yang memang menyenangkan bagi para pemodal. UMR yang relatif rendah dibandingkan provinsi lain. Jelas ini sangat menguntungkan, bukan dalam konteks eksploitasi buruh lho ya, namun berkaitan dengan point dua.

Menekan inflasi dan banyak berjuang agar harga stabil pada kisaran terjangkau sehingga UMR masih cukup layak, meskipun rendah, bandingkan Jakarta atau Jawa Barat yang hampir dua atau tiga kali lipat. Buruh masih bisa hidup dengan cukup wajar.

Ketiga, buruh Jawa Tengah, tidak banyak demo dan mabok demo. Relatif tenang dan wajar dalam menyelesaikan perselisihan perburuhan. Dan ini jelas keuntungan dan keunggulan. Lihat dan bandingkan Jakarta, artinya produktifitas dan kinerja jauh lebih efektif dan efisien.

Tentu dalam artikel ini bukan soal setuju atau tidak setuju dengan banjir investasi ini. Fokus bukan soal banyaknya investor, namun dampak yang seolah terabaiakan, atau malah tidak terpikirkan? Jelas bahwa dampak positif tidak kecil dan tidak sedikit, besar pengaruhnya apalagi angkatan kerja yang terserap juga besar. Ini penting.

Namun perlu dilihat beberapa hal yang juga tidak kalah penting:

Beberapa tempat dan daerah, miris adalah justru tanah dan daerah subur. Seperti Salatiga, Klaten, Karanganyar, Sragen, atau Boyolali. Relatif aman dan baik, tidak juga baik Kabupaten Semarang, banyak kebun atau ladang bukan persawahan.

Ada dua hal yang patut dicermati, soal ketahanan pangan. Ke depan, ketika bangsa ini masih mengandalkan luasan lahan untuk pangan. Bisa menjadi bencana. Belum berbicara teknologi pangan yang bisa menjadikan lahan sempit dengan hasil cukup melimpah. Seolah tidak menjadi perhatian.

Kedua dan sekaligus berkaitan adalah soal cadangan air bersih. Bagaimana jika lahan terbuka lebih cenderung dibangun gedung dan pabrik, ketika hujan akan mengalir ke mana-mana. Artinya selain ketahanan air bersih juga risiko banjir.

Setiap kali ada jalan baru atau bangunan baru besar-besaran, sekitar itu akan kebanjiran, kala awal musim penghujan. Artinya belum ada perencanaan dengan matang dan sungguh-sungguh. Ini soal hidup dan mati, pangan dan air.

Berubahnya kawasan pedesaan dan agraris menjadi kawasan urban. Memang dalam hal-hal tertentu menjadi baik, taraf ekonomi meningkat, dan banyak bangunan megah dan mewah bisa ada di sekitaran kawasan industri. Uang dari pembebasan lahan, atau membukan bisnis level kecil-kecilan hingga menengah. Ini bagus. Ada bisnis kos-kosan, warung makan, katering, atau juga jasa pencucian pakaian.

Ekonomi benar-benar menggeliat, pun penitipan kendaraan, dengan berbagai pertimbangan sangat mungkin ada lahan untuk ini. Namun dampak negatifnya juga tidak kalah banyak.

Narkoba, beberapa penangkapan pelaku narkoba di kos-kosan kawasan industri. Pelarian sekaligus tempat transaksi dan konsumen yang sangat besar. Selama ini belum begitu serius menyelesaikan penyalahgunaan obat yang benar-benar menyeluruh, bukan hantat-hangat tai ayam. Berapa banyak orang yang terjerumus karena kaget punya uang sendiri. Ingat buruh biasanya usia muda.

Susila dan persoalannya. Berbagai ekses dalam ranah ini ada beberapa;

Kawin muda. Mulai turun lagi usia perkawinan sependek pengamatan asal-asalan saya, di mana kebanyakan tetangga adalah buruh pabrik. Menikah mudanya tidak soal. Jika tidak diikuti dengan percerian paling parah, adalah pendidikan anak yang tidak cukup memadai. Orang tua pekerja, pendidikan pada nenek atau kakeknya, atau pengasuh, apa ideal?

Itu masih normal, yang megerikan adalah kumpul kebo. Pekerja banyak dari luar daerah, kos-kosan memilih yang tanpa induk semang dan bebas. Merasa dewasa bukan pelajar mahasiswa, dilepas begitu saja. Nah ini masalah. belum lagi jika mereka sebenarnya sudah memiliki pasangan dan di rantau berganti partner. Ini sangat mungkin dan terbuka terjadi.

Efek selanjutnya, cukup ekstrem pengguguran kandungan hasil dari kumpul kebo dan hubungan tidak sehat tersebut. Persoalan yang sangat mungkin terjadi dan sangat mudah terjadi dalam kawasan yang gagap akan keberadaannya ini.

Kos-kosan membuka kesempatan menyembunyikan pasangan tidak sah. Relatif terjangkau dari pada kontrakan misalnya. Hal yang banyak terjadi di kawasan-kawasan sekitar pabrik yang ada. Dari berbagai daerah, dengan banyak alasan, keberadaan mereka susah untuk diatasi.

Fokus pada ekonomi dan bisnis, abai soal keamanan. Jangan abaikan pelaku teror memiliki kebiasaan tinggal di kawasan demikian. Mobilisasi dan kebiasaan abai sebagai tetangga menyenangkan teroris menetap sementara atau singgah.

Tentu PAD dan CSR sangat membantu bagi pembangunan daerah, namun jangan abaikan dampak negatif yang menjadi efek samping yang sangat mungkin terjadi. Toh masih bisa diantisipasi jika memang serius demi pembangunan kog.

Kawasan yang gersang dan tidak produktif bisa menjadi alternatif dari pada mengubah lahan subur menjadi kawasan industri. Ini jelas kebijakan gubernur dan bupati-walikota menjadi penting dan mendesak. Pelaku industri mau kog, asal ada insentif dan kemudahan lainnya.

Mengembalikan sikap guyub, sehingga orang kembali ewuh pakewuh, pada perilaku asusila, bukan malah yang malu yang normal, contoh yang seharusnya malu kan yang kumpul kebo, bukan malah yang tidak. Lah selama ini malah malu yang melakukan sesuai norma. Kumpul kebo seolah gaya hidup modern.

Kepedulian hidup bersama yang baik dan sesuai aturan normal perlu dikembalikan pada hakikatnya. Sering abai karena sikap pakewuh yang tidak pada tempatnya.eLeSHa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun