Bahasa halus dan kata-kata seolah indah yang memesona itu kini bukan melenakan pihak yang ada di luar, namun justru melenakan Anies Baswedan sendiri. Kalau dalam falsafah Jawa ada yang namanya, kebak sundukane. Sate itu kalau tusuk satenya sudah penuh akan jatuh potongan dagingnya.
Nah banyak hal yang Anies lepas dari perhatiannya karena asyik dengan air hangatnya.
Soal wagub. Posisi wakil gubernur yang  kosong sekian lama. Soal yang serius namun ia abai akan itu, dan rakyat pemilih akan melihat serta menilai untuk memilihnya lagi. Ingat kemenangan yang lalu peran Sandi dan permainan politiknya yang sudah usang.
Ketiadaan parpol yang akan mendukungnya. Ia abai menjalin komunikasi yang mendalam, selain hanya menempatkan banyak kaki secara serampangan pada setiap partai politik yang mungkin. Nasdem  mungkin menjadi harapannya, pun ada PKS, kalau Gerindra relatif sulit saat ini bisa menjadi kendaraannya.
Ini posisi yang krusial namun abai dipersiapkan dengan baik oleh Anies. Ia asyik dengan dunianya sendiri, termasuk untuk membangun kota yang jelas tidak ada hasil yang signifikan itu.
Pendekatannya selama ini masih yang sama itu-itu saja. Isu Palestina dengan syal yang ia kenakan, berdekatan dengan generasi Monas. Dan harusnya ia paham dan tahu bahwa politik itu telah gagal digunakan dalam pilpres lalu. Jakarta gagal memberikan kemenangan bagi Prabowo-Sandi.
Konteks 2017 berbeda dengan 2022 ketika ia pasti maju lagi. Rival yang berbeda, kisah yang melingkupi juga berbeda, dan dinamikanya sudah lain. PAN sudah sadar kalau soal surga dan neraka tidak lagi jualan manis dan seksi, susah ke depan menjual hal yang itu-itu saja.
Melihat Anies tidak banyak kesempatan, ia abai mempersiapkan diriuntuk 22 dulu dari pada bicara terlalu jauh 2024. Jika ia kehilangan DKI, jangan harap bisa naik level. Peta polittik sudah sangat berubah dan berbeda.
Panggung itu pilkada DKI yang sangat mungkin sudah akan sepi ketika ibukota benar-benar akan pindah. Apalagi yang menarik dari Jakarta jika demikian? Panggung lepas apalagi pendukung ya begitu-begitu saja.
Padahal kini adalah era kinerja dan prestasi, bukan semata narasi dan kata-kata indah. Rekaman yang berisik lebih jelas terdengar, dan itu sudah bukan lagi eranya. Jika terus-terusan demikian, jangan kaget Anies akan mengapung di air mendidih yang ia nyalakan sendiri kompornya. eLeSHa.
Terima kasih dan salam