Tuh lihat, yang pasangannya meninggal atau putus, bisa dengan segera berganti kebahagiaan, apa yang kemarin bukan kebahagiaan? Memahami sumber kebahagiaan dengan kacama ta sempit dan egois. Sangat mungkin adalah aku bahagia denganmu, dengannya, dna dengan yang lainnya. tentu ini lepas dengan pembicaraan nikah yang eksklusif. Sejatinya masih sangat bisa.
Siapa itu tidak ideal jika menjadi sumber kebahagiaan. Ada orang tua yang menjadikan sumber kebahagiaan dan semangatnya adalah anaknya. Lha kalau anaknya nakal, rusak, bejat, malah menjadi bencana. Benar bahwa anak adalah buah cintanya, namun apakah harus mengorbankan dirinya demi si anak? Yang belum tentu juga membahagiakan.
Kebahagiaan itu bukan karena siapa atau apa, kebahagiaan itu yang diri sendiri yang memilih bahagia. Meskipun dengan itu bisa sangat menyakitkan. Perasaan orang yang tertolak karena merasa tidak istimewa, dan itu juga hak orang yang ingin diistimewakan. Padahal diri kita adalah istimewa, tiada duanya kog. Mengapa harus mencari pengakuan dan keintimewaan dari pihak lain.
Kebahagiaan itu bukan karena apa, jika  karena apanya kita bahagia, berarti kita masih bersyarat dan itu akan sangat mengerikan dampaknya, jika prasyaratnya tidak tercapai. Benar bahwa itu menjadi sebentuk motivasi, penyemangat, dan pendorong, namun bukan kemudian menjadi  tujuan.
Jika menjadi tujuan, saat tidak tercapai akan merana. Merasa kehilangan berlarut-larut, dan itu jelas bukan kebahagiaan bukan? Bahagia itu lepas bebas, tidak lagi terikat banyak keinginan yang malah membelenggu.
Pembiaran bahwa ada yang mengatur dan itu di luar kendali kita. Namun ingat bukan berarti bahwa kita tidak berbuat apa-apa dengan itu. Usaha, upaya, dan membuka diri jelas sebagai kewajiban yang tidak boleh dilupakan dan menjadikan alasan bahwa itu sumber ketidakbahagiaan, tidak demikian.
Mau bahagia atau tidak itu bebas, pilihan ada di tangan Anda, dan itu bebas untuk bahagia atau menderita. Pihak luar tidak banyak berperan.eLeSHa.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H