Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Gaya Kepemimpinan Ganjar Pranowo, Film Porno, dan Kontestasi Politik di Masa Depan

5 Desember 2019   07:53 Diperbarui: 5 Desember 2019   15:18 1208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur Ganjar Pranowo di acara Read n Rock, launching buku Ganjar Pranowo Jembatan Perubahan di Gedung Oudetrap, Kota Lama, Semarang, Minggu (27/10/2019).(dok.HUMAS PEMPROV JATENG)

Beberapa hari ini disuguhi tontonan menarik yang berseliweran di media sosial ataupun media percakapan, dengan satu tokoh, Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah. Tiga hari lalu mengenai gayanya yang becanda bersama nenek-nenek dalam kaitannya sebagai pemimpin.

Kemarin, Ganjar Pranowo kembali riuh rendah dengan pernyataannya "Saya nonton film porno, salahnya di mana?" Tidak ada yang salah memang, hanya saja orang Jawa mengatakan, bener tapi ora pener. Tidak salah namun juga tidak tepat. Konteks dan waktu sangat menentukan.

Jelas Ganjar sebagai orang dewasa yang aktif secara seksual akan memerlukan variasi dalam aktivitas seksual bersama pasangan. Ini jelas baik dan bahkan harus. Konteksnya yang ora pener, ketika dipotong, dipenggal, dan dinarasikan apalagi politis. Tidak ada pelanggaran hukum, namun secara komunal, massal apa iya tidak "salah"?

Belum lama ada pemimpin sebuah wilayah yang kedapatan membagikan film porno dalam media percakapan. Ini jelas fatal dan salah. Atau anggota dewan ketika rapat dewan malah asyik menonton film porno. Jelas melanggar kepantasan dan kepatutan.

Film porno bagi beberapa kelompok dan individu memang sangat penting, contoh penderita diabetes yang perlu banyak upaya untuk meningkatkan libidonya. Film ini sebagai sarana pembantu yang memang penting. Atau pasangan yang mulai bosan aktivitas seksual yang begitu-begitu saja ya tidak ada salahnya.

Namun bahaya jika itu adalah orang muda, remaja lagi, karena mereka belum cukup memiliki kendali yang cukup dan bisa menjerumuskan. Apalagi sampai ketagihan dan menghabiskan waktunya hanya untuk begituan. Belum lagi berapa kali saja dilaporkan bahwa perkosaan, KDRT dan incest, itu awalnya karena menikmati film porno secara tidak sehat dan bijak.

Apa yang dikatakan Ganjar dalam acara hiburan ini perlu disayangkan karena sehari sebelumnya ia bercanda dengan nenek-nenek yag rumahnya dibangun. Kepemimpinan yang hadir, menyentuh, cair, dan hangat memang lama tidak ada di bumi Indonesia. Berbeda dengan gaya Pak Jokowi, pendekatan jauh lebih alamiah dan tidak berjarak. Ini soal karakter dan kebiasaan.

Dalam video itu Ganjar selaku gubernur datang meletakan batu pertama pemugaran rumah seorang warga. Sebelum melakukan acara seremoni, ia becanda dengan nenek itu, "Kog ompong, untune nang ndi Mbah? Kog ompong giginya ke mana?"

Entek. Habis. Kemudian Ganjar memotong foam dan dikatakan untuk mengganti gigi si embah. Dilanjutkan mengapa rumahnya dirobohkan,

Wis ben ambruk. Biar saja rubuh.
Lha arep ngeyup ngendi? Lha mau berteduh di mana?
Kan arep dibangunke sing luwih apik karo Pak Gubernur. Kan mau dibangunkan yang lebih baik oleh Pak Gubernur. Dan mereka melakukan tos. Usai itu Si Embah minta izin untuk memukul Ganjar, dan melakukan peletakan batu pertama.

Entah ini pencitraan atau upaya dari jajaran Ganjar, namun ada fakta bahwa kepemimpinan tidak berjarak itu menjadi kerinduan anak bangsa ini. Guyub, memang menggantikan feodalisme, di mana pemimpin itu jauh di atas, rakyat atau kawula, itu tidak boleh berdekat-dekat dan berinteraksi langsung.

Ini soal budaya, masih cukup kuat bapak itu tidak boleh dilendoti anak, dalam akar budaya Jawa masih ada dan cukup kuat juga. Bapak itu berjarak dan memiliki banyak hak khusus. Nah ini yang puluhan tahun terjadi dan menjadi gaya bernegara dan juga pemimpin hingga daerah.

Cairnya gaya Ganjar ini memberikan harapan baik, bahwa bangsa ini akan menjadi bangsa yang lebih cepat maju jika dipimpin dengan cara yang egaliter. Hanya berbeda pada peran, bukan pada kemanusiaan. Sekian puluh tahun dipimpin dengan gaya hirarkhis, birokratis, dan kaku, rakyat mundur dan tidak berani berperan.

Kepemimpinan generasi mulai muda ini membawa harapan, bahwa semua setara, sederajad, dan memiliki tanggung jawab yang sama dalam bernegara. Peran berbeda dan memiliki porsi tanggung jawab yang berbeda pula.

Catatan untuk Ganjar, sangat besar peluang untuk 24 bersaing dengan banyak nama generasinya. Namun perlu diingat soal film porno ini akan menjadi sasaran empuk politis identitas dan sok moralis dari beberapa pihak, jika benar maju dalam kontestasi apapun. Sekarang memang tidak seperti ada reaksi.

Gaya kepemimpinan yang keluar di saat yang berdekatan ini, nantinya sangat mungkin malah hilang dan kalah dengan keberadaan komentar tentang bokep-nya. Walaupun keluarganya baik-baik saja malah. Tidak ada yang salah, namun namanya pemain politik bisa ke mana-mana.

Gaya komunikasi yang cair, santai, dan merakyat itu bisa rusak hanya karena orang mabuk agama, moral, dan susila berlebihan. Dan itu senjata ampuh karena akan dengan mudah disematkan tidak religius. Padahal belum tentu juga demikian adanya.

Harapannya sih ke depan para pelaku politik mabuk susila dan mabuk moral makin terkikis dan negara tidak diriuhrendahkan dengan model pemojokan rival politik dengan hal-hal remeh dan tidak fundamental.

Terima kasih dan salam

Sumber

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun