Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Gaya Kepemimpinan Ganjar Pranowo, Film Porno, dan Kontestasi Politik di Masa Depan

5 Desember 2019   07:53 Diperbarui: 5 Desember 2019   15:18 1208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini soal budaya, masih cukup kuat bapak itu tidak boleh dilendoti anak, dalam akar budaya Jawa masih ada dan cukup kuat juga. Bapak itu berjarak dan memiliki banyak hak khusus. Nah ini yang puluhan tahun terjadi dan menjadi gaya bernegara dan juga pemimpin hingga daerah.

Cairnya gaya Ganjar ini memberikan harapan baik, bahwa bangsa ini akan menjadi bangsa yang lebih cepat maju jika dipimpin dengan cara yang egaliter. Hanya berbeda pada peran, bukan pada kemanusiaan. Sekian puluh tahun dipimpin dengan gaya hirarkhis, birokratis, dan kaku, rakyat mundur dan tidak berani berperan.

Kepemimpinan generasi mulai muda ini membawa harapan, bahwa semua setara, sederajad, dan memiliki tanggung jawab yang sama dalam bernegara. Peran berbeda dan memiliki porsi tanggung jawab yang berbeda pula.

Catatan untuk Ganjar, sangat besar peluang untuk 24 bersaing dengan banyak nama generasinya. Namun perlu diingat soal film porno ini akan menjadi sasaran empuk politis identitas dan sok moralis dari beberapa pihak, jika benar maju dalam kontestasi apapun. Sekarang memang tidak seperti ada reaksi.

Gaya kepemimpinan yang keluar di saat yang berdekatan ini, nantinya sangat mungkin malah hilang dan kalah dengan keberadaan komentar tentang bokep-nya. Walaupun keluarganya baik-baik saja malah. Tidak ada yang salah, namun namanya pemain politik bisa ke mana-mana.

Gaya komunikasi yang cair, santai, dan merakyat itu bisa rusak hanya karena orang mabuk agama, moral, dan susila berlebihan. Dan itu senjata ampuh karena akan dengan mudah disematkan tidak religius. Padahal belum tentu juga demikian adanya.

Harapannya sih ke depan para pelaku politik mabuk susila dan mabuk moral makin terkikis dan negara tidak diriuhrendahkan dengan model pemojokan rival politik dengan hal-hal remeh dan tidak fundamental.

Terima kasih dan salam

Sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun