Ini soal budaya, masih cukup kuat bapak itu tidak boleh dilendoti anak, dalam akar budaya Jawa masih ada dan cukup kuat juga. Bapak itu berjarak dan memiliki banyak hak khusus. Nah ini yang puluhan tahun terjadi dan menjadi gaya bernegara dan juga pemimpin hingga daerah.
Cairnya gaya Ganjar ini memberikan harapan baik, bahwa bangsa ini akan menjadi bangsa yang lebih cepat maju jika dipimpin dengan cara yang egaliter. Hanya berbeda pada peran, bukan pada kemanusiaan. Sekian puluh tahun dipimpin dengan gaya hirarkhis, birokratis, dan kaku, rakyat mundur dan tidak berani berperan.
Kepemimpinan generasi mulai muda ini membawa harapan, bahwa semua setara, sederajad, dan memiliki tanggung jawab yang sama dalam bernegara. Peran berbeda dan memiliki porsi tanggung jawab yang berbeda pula.
Catatan untuk Ganjar, sangat besar peluang untuk 24 bersaing dengan banyak nama generasinya. Namun perlu diingat soal film porno ini akan menjadi sasaran empuk politis identitas dan sok moralis dari beberapa pihak, jika benar maju dalam kontestasi apapun. Sekarang memang tidak seperti ada reaksi.
Gaya kepemimpinan yang keluar di saat yang berdekatan ini, nantinya sangat mungkin malah hilang dan kalah dengan keberadaan komentar tentang bokep-nya. Walaupun keluarganya baik-baik saja malah. Tidak ada yang salah, namun namanya pemain politik bisa ke mana-mana.
Gaya komunikasi yang cair, santai, dan merakyat itu bisa rusak hanya karena orang mabuk agama, moral, dan susila berlebihan. Dan itu senjata ampuh karena akan dengan mudah disematkan tidak religius. Padahal belum tentu juga demikian adanya.
Harapannya sih ke depan para pelaku politik mabuk susila dan mabuk moral makin terkikis dan negara tidak diriuhrendahkan dengan model pemojokan rival politik dengan hal-hal remeh dan tidak fundamental.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H