Hati-hati ya Nak, jalan di tepi, banyak kendaraan lewat
Awas Nak kakimu diangkat, pintu akan ditutup.Â
Efiesiensi itu bukan untuk manusia apalagi pendidikan. Pendekatan kemanusiaan kadang memang tidak efisien di tengah dunia media sosial yang penting glamour dan viral itu.
Kelima, ini acara setingkat kabupaten, kog tidak melihat ada yang menenteng buku satupun. Termasuk yang mbolos, dan duduk di depan rumah. Tidak membaca buku, atau minimal koran, atau stensilan lah, mereka asyik dengan smartphone mereka. He..he...he...toh saya yakin paling juga chatingan, sudah hampir rampung belum dengan rekan yang ada di arena kegiatan.
Mungkin kaca mata saya terlalu suram dalam melihat dunia dan pelaku pendidikan dengan beberapa kisah faktual di atas. Toh kejadian di lapangan, sehari-hari demikian itu juga gambaran konkrit di dalam dunia pendidikan secara umum.
Aktivitas yang mereka lakukan sebagai sebuah rutinitas, bukan kebaruan setiap hari, jelas ini lonceng kematian pendidik dan dunia kependidikan. Bagaimana mereka datang melakukan rutinitas, apalagi jika menahun dan mengerak. Padahal sejatinya dunia pendidikan adalah kebaruan setiap saat. Tuntutan terlalu tinggi juga mungkin yang saya paparkan, tetapi ingat, dunia makin maju, jika guru nanti klah dengan murid, ingat teknologi informasi sangat masif, guru sebagai agen perubahan jangan kalah.
Guru memegang peran penting, jika mereka hanya puas dengan apa adanya, jelas akan tertinggal bahka tergilas. Baca, baca, dan baca. Ini adalah peningkatan kemampuan sehingga bukan lagi menjadikan guru hanya berbeda semalam dengan murid dalam pengetahuan. Penuhi keranjang bekal dalam mengajar.
Susah jika menuntut peningkatan kemampuan dengan sekolah, kursus, atau seminar yang membutuhkan waktu dan kesempatan yang banyak. Toh banyak sarana, dan saya pesimis sudah dilakukan.
Perilaku harian sedikit banyak adalah cerminan perilaku secara umum, bagaimana mereka sebagai peggerak itu apakah juga bergerak atau hanya diam di tempat. Hal-hal sederhana namun menjadi karakter demikian tentu tidak akan sampai menteri pahami. Perubahan paling riuh rendah adalah kurikulum, buku, dan sistem ini dan itu. lha kalau pelakunya sama saja, buat apa coba?
Ada lho guru yang mengajar dari tahun ke tahun dengan cara yang sama, meskipun kurikulum berganti, buku berganti, toh mereka, para guru senior ini seolah hafal luar kepala mengenai kegiatan hari ke hari.
Selamat Hari Guru, para Guru dan Selamat Berubah dan Berbuah!