Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok dan Rizieq Shihab pada Persimpangan Jalan

14 November 2019   10:49 Diperbarui: 14 November 2019   10:54 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Melihat gelagatnya sampai detik ini, RS pribadi yang merasa benar, tidak salah, dan apalagi mau memperbaiki dan bertanggung jawab atas perilakunya. Lha merasa benar apanya yang mau diluruskan, dan malah mempersulit diri sendiri. Wajar juga jika pengikut apalagi pemujanya mengekor pola pikirnya demikian.

Keberadaan Ahok

Erick Tohir sebagai profesional tentu paham permainan di dalam dunia usaha, terutama plat merah yang selama ini inefisien, cenderung menjadi ladang dan ATM, serta tidak berdaya guna untuk kehidupan berbangsa. Laporan demi laporan kerugian yang diderita. Memang akhir-akhir ini ada yang membaik, toh masih juga yang buruk.

Kepentingan asing pun jangan dianggap sepele dan sederhana. Mereka juga selalu mengincar dengan berbagai-bagai cara. Ketika jalur resmi sudah susah, mereka sangat mungkin melakukan pendekatan lewat parpol atau orang-orang yang bisa dibeli.

Menteri yang tahu kondisinya bisa sangat rentan, ia bukan orang parpol, perlu kekuatan yang bisa membantu kinerjanya di dalam menghadapi ganasnya parpol dalam menggarong. Ingat dan lihat bagaimana perkelahian Ahok dulu menghadapi mereka.

Ahok ada di luar, dia tidak menawarkan diri, apalagi sampai membuat lamaran via media sosial. Toh dicari karena memang kapasitasnya. Apa yang ia lakukan berdampak. Dan dunia usaha tidak melihat apa ia dipidana, namun mengapa ia dipidana. Manajemen BUMN sangat perlu tangan dingin namun sekaligus tangan besi Ahok.

Ia yang tidak takut dengan dasar kontitusi itu memang pas di sana. Ini soal efisiensi, dan tata kelola yang tidak baik. Kebocoran karena kepentingan, bukan karena usaha yang buruk. Belum lagi parasit-parasit dan lintah yang ada di dalam tubuh BUMN.

Prinsip mengalah dan ikuti aturan hukum justru membantu Ahok dan ia selesai dengan hukum kini kembali pada derajat yang lebih baik. Coba jika ia merasa tidak bersalah dan ia banding terus menerus, kemudian PK, keadaan jauh lebih buruk dan rumit. Dua tahun yang ia tanggung dengan berat itu kini menuai hasil.

Dua nama itu memang bak magnet dengan kutub yang sama. Sama-sama keras, bersaling silang, dan tidak pernag akur. Namun menunjukan kualifikasi dengan diri mereka sendiri. Keberadaan mereka sama-sama pada sisi luar, dengan berteriak RS mau menunjukkan eksistensi diri. Sayang ia yang sudah tersemat label kabur dan tidak tanggung jawab akhirnya disepelekan dan dilupakan begitu saja.

Ahok yang memang mulutnya bocor itu karena secara umum ia berprestasi, dengan pidananya ia bertanggung jawab. Pernyataannya demi negara ia siap di BUMN, dan kembalilah ia pada jalannya yang berbeda. Memang aturan bekas narapidana membatasinya, toh masih ada peluang lain.

Berbeda RS yang memilih tetap bersikukuh tidak bersalah, malah terbuang ribuan kilo meter. Dan jangan kemudian nanti menuduh Ahok bersekongkol pula. Ini soal pilihan, mau susah di depan apa maunya sulit terus demi mengedepankan klaim sendiri itu.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun