Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menyandingkan Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Risma

11 November 2019   19:06 Diperbarui: 11 November 2019   19:13 880
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari ini grup percakapan gemar banget membagikan mengenai kiprah Ganjar dan Risma di dalam membangun kawasan masing-masing. Jawa Tengah yang ramah investasi oleh Ganjar Pranowo dan Surabaya yang main modern dan menjanjikan dalam tangan dingin Risma. Dan Jakarta sedang riuh rendah dengan anggaran dan jawaban yang diberikan gubernurnya.

Jakarta, selain bicara anggaran  juga bicara "pelanggaran" ketika malah memangkas pohon-pohon angsana sangat tua, dan itu jelas mahal harganya, jangan dikira hanya sampah. Mirisnya beaya penggantian dengan anggaran 30 M.

Toh bukan Anies sorangan yang  membuat, itu ada banyak tangan dan kantong tentunya. Pun soal JPO yang dibuka atapnya dengan berbagai argumen dan narasi yang berkembang.

Wajar ketika orang memelesetkan kan ada anggaran bongkar, nanti kalau ribut diberi lagi atap, ada lagi anggaran untuk itu semua. Itu jelas sah dan wajar timbul tanya dan pernyataan seperti itu. itu semua hadir karena rekam jejak pejabat dan juga keusilan warga net yang gemes melihat kreatifitas sang gubernur rasa presiden ini.

Ganjar dan Provinsi Ramah Investasi
Berkali ulang grup berbeda latar belakang mengirimkan hal yang sama. Pembicaraan soal Jawa Tengah yang akan kedantangan investor dari China, baik yang langsung baru, ataupun perpindahan dari Jakarta, Banten, ataupun Jawa Barat. Tentu saja tidak berhenti dengan banyaknaya investor masuk. Namun juga dengan alasan mengapa pindah.

Kecerdikan menahan laju inflasi, sehingga UMR di Jawa Tengah tidak perlu naik terlalu besar sebagaimana daerah lain. Ini yang menyenangkan bagi pengusaha, dan buruh juga tidak merasa terbebani dengan gaji yang ada, karena masih mencukupi kebutuhan untuk hidup.

Kondisi perburuhan yang relatif baik, minim demonstrasi yang kontraproduksi juga menjadi pertimbangan memilih Jawa Tengah. Kondisi perburuhan Jawa Tengah  memang relatif aman dari kepentingan politik sebagaimana di Jakarta misalnya. Jelas ini nilai lebih Jawa  Tengah.

Kemampuan manajemen Ganjar yang menggunakan jalur komunikasi dengan banyak pihak sangat membantu kinerjanya yang cukup moncer. Memang tidak sefenomenal Ahok dalam pembangunan, namun dampaknya memang kuat. Apalagi pernyataan RS terutama milik pemerintah dilarang menolak pasien apapun alasannya sangat memberikan angin segar di tengah kekisruhan BPJS.

Risma dan Surabaya Modern
Ini pun sama gencarnya datang dalam banyak media sosial dan media percakapan. Bagaimana walikota perempuan ini bisa demikian gesit menjalankan roda pemerintahan dan pembangunan bagi Surabaya.

Adanya pembangkit listrik tenaga sampah. Atau keberanian menertawakan APBD Jakarta yang ia bandingkan dengan Kota Surabaya sudah memberikan makan 35.000 secara gratis bagi warganya.

Jelas ia bisa mengatakan itu dengan sinis karena memang ia sukses dengan pemerintahan bersih dan efisien. Logis saja uang belanja yang tepat sasaran itu dikelola dengan manajemen transpara, modern, dan akuntabel.  Ini soal kehendak dan bukan semata kota atau provinsi. Capaian kota  pun sangat bisa dilihat dengan mata telanjang, bukan katanya-katanya.

Anies dan Prestasi atau Kontroversi?
Ya terserah sudut pandang, itu sangat normal di era demokrasi yang masih berkembang. Sangat mungkin kog, jelas-jelas kontroversi diklaim sebagai prestasi. Contoh jelas soal pembukaan atap JPO bisa dinarasikan soal pemikiran modern dan mengikuti zaman karena menyediakan spot foto. Padahal sisi lain mengataka itu bukan untuk foto tapi pejalan kaki.

Ada pula yang tampilan masa lalu justru di balik untuk mencitrakan prestasi Anies, itu juga sangat normal dalam alam demokrasi, namun apakah itu semua bisa terus-terusan menjadi gaya berpolitik di era modern? Ketika media sosial, rekam jejak digital dengan mudah diakses bahkan oleh orang di pelosok kampung sana.

Ketiga nama ini sedang ramai menjadi pembicaraan. Apakah ada kesengajaan atau tidak? Jelas ada, siapa yang menggerakan entah, apa motivasinyapun entahlah. Yang jelas bahwa pegiat media sosial dan pelaku dunia maya gerah melihat sepak terjang Anies dengan segala retorika dan narasi yang seolah-olah paling baik itu. Disajikanlah narasi lain yang jelas kasat mata, capaian itu bukan klaim, namun kerja keras dan kerja cerdas.

Era kini adalah politik kerja. Prestasi menjadi tolok ukur, narasi dan wacana itu bukan untuk seorang pemimpin, namun seorang pemimpi dan pendongeng di tengah himpitan hidup. Demokrasi adalah ajang unjuk prestasi dan kerja keras dan kerja cerdas.

Masa banyak omong sudah lewat, bukan lagi saatnya guyonan almarhum Gus Dur masih relevan, ketika membandingkan kinerja bangsa ini dengan bangsa Afrika, Jepang, dan negari lain. saatnya banyak kerja, banyak prestasi, omong boleh, asal berdaya guna.

Membicarakan ketiganya dengan melihat faktanya memang susah, ketika Anies, kehilangan daya magis kata-katanya, karena memang era kata manis sudah lewat, kinerjanya yang nol besar diambil laih tokoh lain yang memang tipikal pekerja.

Kesalahan Anies itu hanya satu, mengapa menggantikan Ahok yang bertipe pekerja, bukan tipe narator. Jomplang yang susah untuk diangkat lagi karenanya. Orang yang haus melihat prestasi akhirnya mengulik dua tokoh lain yang  menjawab kerinduan anak bangsa dalam melihat bangsanya yang berjaya dengan kerja, bukan omong saja.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun