Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pluralisme ala Jokowi, Belajar dari Kabinet

3 November 2019   07:40 Diperbarui: 3 November 2019   07:41 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Lagi-lagi jangan bicara Orba. Ini soal Orde Reformasi.  Tidak jarang banyak orang mengatakan berbau gaya Soeharto, tetapi meniliki persoalan krusial yang ada, ini pilihan yang sangat masuk akal. Keberanian mengangkangi agama dan keamanan, tidak cukup seorang ulama. Justru sangat kasihan ulama menjadi bulan-bulanan sesama agama, namun beda maksud dan tujuan. Justru melindungi keberadaan dan kedudukan ulama. Ini politik, ideologis, dan keamanan.

Kasak-kusuk dan isu memang ada yang  menggunakan dan memanfaatkan, nah ini menjadi penting ketika membenturkan mengenai asal-usul menteri dari ormas tertentu. Kembali ke pokok persoalan menghadapi funddamentalis politis perlu kinerja orang yang tidak melulu ulama. Kasihan. Dan pilihan cerdik jika demikian. keamanan tanpa mengabaikan sisi agama, dan itu bisa dijalani oleh jenderal bukan ulama sepenuhnya.

Justru penghargaan dan menjaga marwah ulama karena mau "berperang." Hal yang serius karena pembiaran sekian lama. Sendi-sendi berbangsa sudah keropos dimakan mereka.

Mendagri Polisi

Kepala daerah banyak yang antri masuk radar KPK. Satu demi satu, bahkan banyak yang tanduk, mengulang masuk bui karena korupsi. Keberadaan Mendagri seorang petinggu polisi sangat membantu pembenahan tata kelola pemerintahan daerah. Daerah kuat negara jaya.

Kemampuan dalam bidang antiteror dan fundamentalisme juga berperan bagi kinerja Mendagri Tito karena menghadapi banyak izin dan keberadaan ormas, dan bahkan Perda yang kadang memberikan ruang pada aksi dan keberadaan fundamentalis.

Kerja keras dan pontang-panting karena menghadapi birokrasi daerah dengan para raja kecil yang sok-sokan dalam penggunaan anggaran, perizinan seolah daerah adalah "milik" mereka, perda sesuai kepentingan sesaat, dan ketenaran minus pimpinan daerah.

Ada Rival Utama Politik, dalam Kabinet

Hal yang sangat-sangat baru. Rival masuk dalam kabinet, ini rival utama, yang bersama-sama dalam pertarungan sengit pilpres. Bahu membahu demi bangsa dan negara. Kekecewaan bagi pendukung ataupun tidak itu konsekuensi.

Perbedaan politik toh bisa menyatukan, demi bangsa dan negara. Kursi itu bukan segalanya, bangsa dan negara menjadi prioritas. Gagasan dan gambaran baik ke depan.

Salah satu konsekuensi terbesar, ketika Nasdem meradang dan menjalin komunikasi dengan pihak yang selama ini berseberangan. Itu sah-sah saja, dan itu ya bagian demokrasi mendasar tentunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun