Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Amien Rais "Tidak Merestui" Menhan, Kekalahannya dari JK dan Politikus Ini

28 Oktober 2019   18:40 Diperbarui: 28 Oktober 2019   19:03 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manufer di 98 menciptakan terlalu banyak musuh dan cenderung menjadi berkepanjangan. Persoalan bukan lagi politik namun sudah merambah personal. Sangat mungkin ia digandeng Jokowi untuk menjadi wapres, dan yakin kalau pasti ia akan mau. 

Sekali lagi, pendekatannya di 98 terlalu kasar, sehingga membuat dua pribadi dan keluarga besar serta jaringan pendukung fanatis mereka tentu ikut dalam persoalan ini.

Keluarga besar Gus Dur dengan seluruh jaringan yang ada, NU, para simpatisan pemikiran Gus Dur jelas akan tidak respek pada Amien. Pun kubu Megawati dengan seluruh keluarga besar banteng bersikap yang senada. Ada dua kelompok cukup dominan yang menjadi masalah bagi keberadaan Amien.

Belum lagi komentar dan nada yang ia nyatakan terlalu vulgar dan tidak menampilkan level akademik dengan pangkat level dia. Sebenarnya jauh lebih mungkin bisa mengemas menawarkan diri dan memperlemah kubu lawan untuk bisa mendapatkan manfaat. Apa yang ia sampaikan malah mengaduk-aduk emosi semua pihak. Jelas ini sangat merugikan.

Siapa yang tidak kenal kapasitas dan pengalaman Amien Rais. Sayang bukan jika hanya menjadi gelandangan politik sebagaimana ucapan almarhum Gus Dur. Sumbangan yang sangat besar bisa ia berikan bagi bangsa dan negara in sebenarnya, jika tidak terlalu kasar dan menimbulkan banyak musuh di mana-mana pada masa lalu.

Politikus ulung tentu memiliki kekhasan yang sangat dibutuhkan pada saatnya. Lihat JK, Luhut, Moeldoko, atau BG, mengapa mereka bisa kembali eksis ke level teratas usai lama tidak terdengar? Bandingkan dengan Amien yang eksis dalam pernyataan, namun sepi dalam kinerja konkret demi bangsa dan negara.

Diam itu emas tampaknya menjadi nyata, ketika Amien terlalu banyak komentar, serang sana sini, tebar pernyataan dalam segala isu dan kondisi, sayang malah menjadi blunder. Mengapa demikian?

Cap dan label yang sudah dilekatkan sendiri itu menjadi makin kuat. Orang cenderung tidak percaya dulu, ketika ia berbicara. Serius dan benarpun tidak lagi dipercaya karena cacat yang pernah ia lakukan, sama sekali belum ada upaya untuk memperbaiki.

Memusuhi apa yang dicitrakan baik oleh rakyat dan media, dan memang belum ada fakta yang konkret kejahatan fatalnya, membuat ia makin tenggelam dalam ketidakberdayaannya. Seolah ia meronta dalam lumpur sehingga makin dalam terperosok dan minum air laut yang selalu menambah haus.

Jauh lebih baik bagi Amien Rais kini menjadi begawan, mendoakan bangsa dan negara menjadi lebih baik, meskipun bukan dalam tangannya. Model Pak Boed, almarhum Pak Habibie, Pak Try Sutrisno banyak memberikan contoh dan teladan, bahwa mereka dikenang sebagai pejabat yang pernah berjasa dan mereka juga ada kog. Tetap ada dan dihargai.

Kasihan sebenarnya melihat Amien Rais banyak gaya dan gagasan namun maaf miskin esensi, seperti enam bulan lagi membuat perhitungan pada kabinet. Dalam kapasitas apa menilai baik-buruk, maju-stagnan, atau mundurnya kabinet dan negara coba?

Mendengarkan dan melakukan lagunya Elpamas tampaknya paling pas, Pak Tua, sudahlah.....

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun