Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

"Luka" PKS, Prabowo Menhan, dan Khong Guan Isi Rengginang

22 Oktober 2019   10:22 Diperbarui: 22 Oktober 2019   10:21 2374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketika Singa Gurun Serasa Kucing Rumahan

Biasanya bulan Puasa dan menjelang Lebaran, banyak berseliweran meme, kaleng roti kering yang isinya berbeda dengan aslinya. Olok-olok yang segar bukan dalam konteks menghina atau merendahkan. Kadang memang fakta kalau ekspektasi belum sesuai faktanya. Dan itu biasa  saja tidak perlu sewot dan kemudian ngamuk bukan?

Kemarin sore ketum Gerindra datang ke istana, dan jelas arahnya adalah kabinet. Dalam pernyataan yang masih separo ia mengatakan akan membantu presiden dalam bidang pertahanan, bukan pertanahan lho ya. Dan wajar jika ada pro dan kontra.

Salah satu elit PKS mengeluarkan pantun dalam media sosial yang mengatakan, kalau yang dikira singa gurun itu hanya kucing rumahan. Sangat mungkin ke mana arahnya dan siapa yang dituju. Meskipun akan dengan mudah mengatakan atau mengaku yang lain sah-sah saja. Sah pula penafsir yang mengaitkan itu dengan keberadaan Prabowo.

Ada juga pernyataan yang mengatakan dua kali jadi rival kini jadi pembantu. Kalau yang ini jelas lebih pasti dan spesifik. Nada merendahkan dan menilai jelek ada, dan lagi-lagi ya memang demikian. Soal iri atau pengin bukan menjadi bahan untuk dilihat lebih jauh.

Pihak lain mengatakan, buat apa ada dua kandidat jika pada akhirnya satu kubu, lagi-lagi yang ini lugas. Toh faktanya memang demikian. Elok dan pas yo memanga ada dalam dua belah yang masih saling berjalan seiring, bak rel, satu eksekutor, satu pengawasnya. Toh sudah akan pasti terjadi, buat apa juga ribet.

Fokus pada soal singa gurun dan kucing rumahan. Ini cukup memberikan gambaran bagaimana PKS melihat peta politik dan perkawanan politik itu. apakah hinaan, olok-olok, atau hanya sebatas ungkapan kosong?

Hinaan tidak, toh tidak juga sampai segitunya juga. Normatif saja dalam melihat politik itu, tidak usah terlalu banyak melibatkan emosi apalagi sampai ngamuk dan merusak lagi. Sudahlah anggap ini hanya guyon, olok-olok.

Mengapa olok-olok, ini sangat penting. Posisi PKS jadi sangat strategis dengan tetap berani sendirian selama ini beroposan. Bukan juga melihat karena tidak diajak atau ditinggal sendiri. Itu biar saja, bisa diulas sendiri.

Bagaimana mereka bersikukuh menetapkan Prabowo bahkan hingga "merevisi" itjima  ulama demi memberikan legitimasi bagi keberadaan Prabowo dan Sandi. Mereka itu sudah berolok-olok juga ketika menyematkan Sandi sebagai santri milenial.

PKS tahu bahwa mereka tidak cukup memiliki kader, tokoh, dan sosok yang bisa menandingi Jokowi dan Prabowo kemarin, jadi mereka mau tidak mau ada pada posisi mendukung salah satu, karena Jokowi pernah menolak mereka, ya sudah adanya Prabowo. Faksi yang ada juga susah menyatu pada posisi Jokowi.

Mengolok-olok makin parah karena mereka sudah mendapatkan banyak, istilah anak sekarang sudah menang banyak kog. Partai ini yang mendapatkan kenaikan suara cukup kuat, di tengah badai ledekan mereka.  Suara yang cukup besar dengan dana tidak banyak, mereka sudah ada cap kardus yang tidak ada klarifikasi, artinya sangat mungkin mereka "dibeayai" Prabowo-Sandi untuk pileg. Toh suara untuk pilpres bagi Prabowo juga masih segitu-segitu saja.

Kini mereka makin tidak peduli dengan Prabowo, karena tidak ada lagi kepentingan. Soal Jakarta toh mereka juga tidak ambil pusing mau seperti apa. Lihat saja sekarang juga diam, karena toh tidak ada guna. Beda ketika masa kampanye lalu diusik terus untuk mendapatkan panggung di pileg 2019 yang lalu.

Hendak memanfaatkan momentum dan menyatakan diri baik-baik saja. Menjadi oposan sendirian lagi, dan sama sekali tidak bicara menteri, mau memberikan gambaran PKS tidak silau kursi dan jabatan. Padahal rekam jejaknya seperti apa juga sudah paham kog.

Mereka ini paham seberapa kualitas Prabowo, hanya saja karena memang mereka tidak akan bisa masuk kalangan Jokowi, suka atau tidak, mereka menyokong penuh dengan segala cara agar Prabowo bisa maju dengan segala daya upaya. Mereka bukannya baru tahu kalau sekelas kucing, mereka sejak lama tahu bukan juga singa gurun.

Sembilan nama yang mereka asongkan sebagai capres dan cawapres juga mereka paham akan kalah kelas. Toh mereka berusaha keras. Pun menjadi tim kampanye pusat saja tidak. Mereka memiliki pemilih loyal, taklid, dan kekuatan real mereka. Tidak akan beranjak jauh dari perolehan kali ini, sampai kapanpun ya hanya segitu.

Mau oposan, mau di pemerintahan, susah melihat PKS lebih gede lagi, mengolok Prabowo juga bukan mau mencari banyak tambahan untuk 2024, masih jauh, semua bisa terjadi. Dan menilai tinggi PKS akan panen sama juga rengginang dalam kaleng khong guan juga.

Permainan politik korban juga sudah basi, ahlinya Demokrat sudah tidak lagi punya daya untuk menaikan posisi tawar. Susah melihat lebih jauh kiprah PKS, apalagi orang berkelas seperti Fahri dan jaringannya juga akan menjadi rival. Perpecahan yang akan mengerdilkan PKS lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun