Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pelantikan Jokowi-KH Ma'ruf, Harapan, dan Kenyataan yang Tidak Sederhana

20 Oktober 2019   09:27 Diperbarui: 20 Oktober 2019   09:48 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pelantikan Jokowi-KHMA, Harapan, dan Kenyataan yang Tidak Sederhana

Selamat kepada Presiden dan Wakil Presiden periode 2019-2024.

Seolah 2014  baru saja kemarin, sebagian besar rakyat sangat berharap bahwa Jokowi-JK akan seprogresif ketika menjadi walikota dan gubernur. Sangat wajar, namun RI-1 memiliki perbedaan yang cukup signifikan dibandingkan sekelas walikota dan gubernur. Pun tuntutan dan harapan serta ekspektasi rakyat sangat tinggi, kerinduan pemimpin yang bisa diandalkan sangat kuat.

Beberapa hal yang ada kemarin, jauh dari kehendak dan cita-cita serta harapan rakyat, juga Presiden Jokowi sendiri. Seperti korupsi, terorisme, narkoba, dan malah sekarang ketambahan kadrunisasi, fundamentalisme yang makin menyeruak, dan barisan sakit hati yang menjadi-jadi. Parpol terlibat sangat dalam semua keprihatinan bangsa ini.

Apa yang sudah bagus di periode kemarin toh masih bisa dilanjutkan dan diperbaiki lagi untuk lebih bagus lagi. Mengejar harta koruptor dan harta pengusaha yang menimbun harta di luar negeri, terutama milik keluarga Cendana sebuah capaian sangat besar. Puluhan tahun gagal, dan sudah ada titik terang.

Pembangunan infrastruktur di tengah cemoohan barisan sakit hati mengatasnamakan oposan toh bisa juga dinikmati bersama baik sebagai kebanggaan ataupun azas manfaatnya. Pertumbuhan ekonomi jangan abaikan persoalan global yang juga turut menentukan.

Capaian, prestasi, dan hasil kerja keras itu, mau dicaci, diputarbalikan, ataupun disembunyikan tetap tidak akan bisa. Syukur sebagai seorang pemimpin Presiden Jokowi bisa melangkah di antara "ranjau-ranjau" jahat politikus culas yang ada selama lima tahun. 

Plus para pelaku yang tidak tahu apa-apa kena hasut manusia gua ala Plato yang menjadi gaya oposan sekitar lima tahun lebih.

Harapan ke depan, agar bangsa Indonesia makin jaya dan maju:

Persoalan pelik, benang ruwet, itu ada pada tubuh parpol. Suka atau tidak, mereka hanya mengejar kursi, dan abai etik. Mereka mengggunakan segala cara demi kursi dan kekuasaan. Korupsi juga partai politik baik lewat legeslatif ataupun eksekutif. Borok paling akut dan parah ada pada bagian satu ini.

Terorisme dan fundamentalisme pun mendapatkan  oksigen dan daya hidup baik langsung tidak langsung dari mereka. Ucapan, pernyataan, ataupun produk hukum lagi-lagi mereka terlibat. Apalagi ada parpol yang jelas-jelas sangat berafiliasi dengan aksi ini.

Masih banyaknya pendukung aksi terorisme dan fundamentalisme karena penggunaan label agama. Ketika ada penegakan hukum, akan dihantam antiagama oleh kelompok pelanggar dan penghianat dasar negara ini. Simalakama yang menghabiskan energi.

Salah satu upaya adalah penyederhanaan parpol. Penyederhanaan dengan audit ketat sehingga keuangan dan tata kelola partai profesional. Terutama keuangan jelas sehingga bisa memutus akses dan potensi korupsi.

Partai yang tidak lolos PT, juga sebaiknya tidak lagi mendapatkan peluang untuk membuka lagi dengan nama dan identitas yang identik. Jumlah partai berlebihan, apalagi dengan adanya model kader dan politikus kutu loncat termasuk pelaku korup dan kriminal.

Fundamentalis, berkolaborasi dengan barisan sakit hati, memanfaatkan media sosial dan hoax, penebar kebencian.  Ini masalah baru lahir era 2014 kemarin, baik prapilpres, ataupun sesudah pilpres dan sepanjang pemerintahan Jokowi-JK. 

Didiamkan merusak, ditegesi mengatakan negara dan pemerintah otoriter. Khas perilaku muna ini makin sulit, bungkus religius, isi kotoran. Ucapan dan perilaku bisa bertolak belakang dan tidak malu lagi.

Senyampang ulama, kyai, dan tokoh senior agama, layak melakukan reevaluasi dan mengadakan telaah mendalam, bagaimana mengaku religius namun caci maki, maling, bahkan membunuh bisa sperti orang minum air kemasan. Ada yang salah jelas. 

Mana ada agama meniadakan kemanusiaan. Manusia waras akan memilih hidup damai, bersenang-senang dengan sesama, bukan malah memisah-misahkan. Dampak yang sama daya rusaknya dengan narkoba.

Korupsi dan segala persoalannya sudah pada jalur yang tepat, hanya bagaimana membenahi agar makin lebih banyak pelaku korupsi memliki sikap malu. Pegawai malu jika profilnya beda jauh dengan gajinya. 

Sikap batin ini masih jauh dari harapan kemarin. Dengan pernyataan Presiden Jokowi yang tidak lagi memiliki beban, sangat mungkin melakukan revolusi ASN dari KPK.

Penegakan hukum memang seolah belum tersentuh perubahan signifikan dalam pemerintahan kemarin. Fokus masih belum menyentuh dan mengubah keadaan dan tabiat hakim dan jaksa. Syukur bahwa kepolisian telah banyak berbeda dengan perubahan signifikan mereka. 

Susah ketika ppenegak hukum masih belum sepenuhnya seide, segagasan, dan sinergi. Beberapa kasus memperlihatkan hal itu, korupsi dan fundamentalisme terlibat di sana.

Pengelolaan kekayaan alam sudah ditata dengan relatif baik. Penghalang itu justru para elit tamak yang kelaparan karena selama ini sudah pesta pora tidak mau bertanggung jawab. Ketika disadarkan mereka jelas tidak mau. Mirisnya elit ini adalah termasuk pengambil keputusan nomor wahid, ada pula dalam elit-elit parpol.

Presiden Jokowi, Presiden seolah sendiri karena menggebah kemapanan elit, namun tidak sendiri, rakyat ada bersama Presiden dan pemerintah demi kemajuan bangsa yang lebih baik dan jauh lebih menjanjikan di kemudian hari. 

Selamat bekerja dan dalam perlindungan Yang Kuasa bersama Wakil Presiden yang akan mendampingi dan meringankan beban kerja yang tidak sedikit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun