Pembeda era itu adalah PDI-P dan Gerindra cukup kuat bahkan papan atas semua di dalam perolehan suara dan kursi. Lha kini? Misal pun Demokrat yang cukup gede, kurang lihai dan cukup signifikan, pun Nasdem misalnya.
Akan berbeda, jika dari salah satu ketiga besar yang berada pada posisi oposan, misalnya Gerindra tetap pada posisi berhadap-hadapan dengan PDI-P-Golkar, apalagi jika Golkar dan Gerindra yang pada posisi oposan akan lebih menjanjikan pergerakan politiknya.
Bukan jaminan memang banyak dna kuat akan mulus, toh bahwa itu adalah psikologis politis semata. Merasa nyaman temannya gede dan banyak. Faktualnya belum tentu. Akan mengarah pada kecepatan untuk voting dan ambil suara, praktis, pragmatis, dan berbahaya.
Mengapa PAN cenderung diam dan tidak banyak reaksi dan aksi? PAN dengan dua matahari susah bersikap diam menunggu jauh lebih enak, toh akan dapat "jatah" juga. Sulit masuk kabinet, pengalaman musim lalu, plus jauh lebih aktif dan aman bersama Demokrat juga menjadi penghalang.
PKS memiliki nilai strategis, asal bisa melakukan peran dengan cerdik, sangat mungkin memiliki suara yang cukup signifikan. Pengaruh anasir masa lalu sudah jauh mereda dan terlupakan. Point pada kisah kasus korupsi yang demikian masif.
Keberadaan Fahri yang membawa petaka dan komentar yang tidak membantu partai juga sudah tidak ada. DPP memiliki keleluasaan mengarahkan fraksi di dewan  sehingga bisa memainkan isu-isu politik secara bulat. Kampaye lima tahun tanpa batas.
Catatan. Asal lebih konsern pada kebutuhan negara, bangsa, dan rakyat, kurangi kebanyakan omong yang justru memperlemah partai terutama soal ideologi. Jika memang bukan ideolgi Pancasila, mengapa tidak keluar dari bangsa ini?
Partai ini sejatinya memiliki loyalitas tinggi, kaderisasi relatif paling baik dan mumpuni, hanya soal dasar ideologi yang tidak jelas ini saja menjadi hambatan untuk menjadi partai yang besar.Â
Tetap susah untuk menjadi lebih meyakinkan ke depan, meskipun berposisi sebagai oposan, toh nyaris tidak akan terdengar, dan juga orang akan gamang melihat reputasi ideologisnya mendua begitu.
Paling tidak, keberaniannya memilih tetap bertahan di luar pemerintahan layak mendapat apresiasi untuk menyelamatkan tata negara masih berjalan normal. Aneh juga sejatinya, jika pernah berlawanan tiba-tiba menjadi pendukung dalam pemerintahan, apalgi hanya demi kursi.
Masih perlu waktu memang untuk berdemokrasi lebih baik lagi. Penyederhanaan parpol akan menjadi sebuah cara untuk memperbaiki kondisi berbangsa lebih baik. Sandera menyandera bisa diminimalisir. Pelaku korupsi dan pelanggar hukum tidak lagi melompat-lompat partai.