Selain keanehan sikap. Ia juga cenderung menggunakan politik cemar asal tenar. Â Tentu yang terbaru mengenai maaf ketidakadaan tampungan kamar kecil atau septic tank, warga dianjurkan bergabung dengan tetangga.
Aneh dan di luar nalar gagasan ini. Banyak hal bisa  dilakukan.
Pertama, ini ide ribet karena orang bisa terganggu ketika jadwal buang air besar itu tidak bisa diganggu gugat. Bagaimana mungkin ritme biologis ini harus ndhodog rumah tetangga. Gagasan koplak, Â di mana ibukota negara, digarap seperti orang kampung yang masih sangat erat tali silaturahminya.
Kedua, jika dalam perkampungan padat, biasanya ada toilet umum, sangat mungkin adanya toilet portabel, tuh di lapak dagang online banyak. Mosok begitu saja tidak tahu.
Ketiga, jalan kampung, buat saja tengah-tengahnya menjadi penampungan kotoran. Sangat mungkin, jalan paling sempit itu bisa lewat sepeda motor, sekitar 75 cm, nah di tengah pergunakan saja box culvert, 40 cm. Sangat mungkin bisa diaplikasikan.
Keempat, beberapa RT memiliki ruang terbuka meskipun sempit, misalnya pos ronda, taman, atau lapangan kecil. Mengapa tidak sebagian kecil dipakai untuk itu dan dengan cor toh atasnya masih bisa dipergunakan sebagai peruntukan yang sama selama ini.
Trotoar sebagai tempat pejalan kaki, jalan raya sudah sangat padat, malah diperbolehkan untuk berdagang. Alasan demi menyambung hidup. Lha apa iya orang boleh nyopet karena tidak mau kerja bukan semata untuk menyambung hidup. Wong berdagang tidak harus di kaki lima juga kog. Hanya karena enggan ribut dan menertibkan yang bisa merugikan nama dia secara politis.
Ini gubernur enggan kerja keras. Anggaran besar, tim juga gede dengan bayaran mega juga. Mengapa menghasilkan gagasan-gagasan receh begitu.
Sejatiya Anies tidak memiliki konsep di dalam memerintah dan mengatur. Model konseptor akademis yang kadang tidak bisa dilakukan di lapangan. Ketika di Jakarta saja gagal, konsepnya tidak jelas, apa iya masih laku untuk nasional.
Pilihan-pilihan politiknya nampak jelas demi popularitas 2024. Kinerja bukan menjadi ukuran bagi politikus model demikian. Ketenaran entah apapun caranya menjadi tujuan dan sarana.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI