Mereka tahu dengan baik hanya model PKI yang bisa menyaingi kemasifan dan agresifitas mereka. Nah ketika lawan utama didengungkan sebagai wabah, mereka akan melaju sendirian. Efektif orang menjadi melaju sendirian tanpa ada lawan. Membuang rival potensial dengan cerdik.
Mengulang-ulang narasi lama yang membuat amat traumatis jelas murah, mudah, dan sederhana. Lihat saja apa aksi mereka akan selalu menggunakan pengulangan PKI dan kebangkitannya. Padahal dasar logisnya sangat lemah, mana ada Komunisme masih berjaya di muka bumi ini, yang sangat menjanjikan dan membuat berpaling.
Masih banyak anggota masyarakat yang enggan melek dan membaca pembanding. Dengan keterbatasan pengetahuan, ketakutan dan kekhawatiran cap OT masih mudah diterakan. Budaya pun sangat mendukung suburnya paham ini. Lihat banyak orang takut hantu, ular, dan banyak hal yang kadang sama sekali tidak memiliki alasan yang cukup jelas.
Mabuk agama. Hal yang sangat mudah terbakar jika ada pemantik sedikit saja. Nah ini lagi-lagi yang dimanfaatkan. Mengaitkan dengan kebangkitan PKI dan menyatakan adanya penistaan agama, solidaritas, dan  membakar sentimen atas nama agama sangat mudah.
Separasi kesalehan dan antiagama yang makin dalam gapnya, meskipun masih semata soal label, toh sangat mudah menjadi alasan dan dalil dalam menciptakan kondisi tidak stabil, rusuh, ricuh, dan menangguk keuntungan.
Kemenangan Pancasila kali ini adalah terhadap HTI dan kebodohan anak bangsa yang berbagai-bagai cara dimanfaatkan dan termanfaatkan oleh perilaku elit HTI. Suka atau tidak, toh data tersaji bahwa para pelaku demo, kekisruhan bersinggungan baik langsung atau tidak dengan mereka.
Pembubaran tanpa dengan tindakan nyata, konkret, dan terukur membuat mereka tetap eksis dan bisa berbuat apa saja. Â Mudah melarikan diri atas nama pihak lain, karena memang sudah bubar secara resmi. Namun di balik itu mereka masih demikian masif bergerak, berperilaku, dan bahkan menekan pemerintah.
Pancasila sekali lagi telah memenangkan dan menenangkan bangsa ini.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H