Jelas ini bukan mau membela PKI dan mendiskreditkan siapa-siapa, namun pola Kebo Ijo itu kog sangat mungkin terjadi pada kisah 65. Identik, bukan sama persis.
Kini hal yang mirip terjadi. Semua peristiwa, kejadian, ujung-ujungnya adalah Jokowi mundur, atau Jokowi tidak jadi presiden. Lagi-lagi ini bukan membela HT atau ormas yang sudah dilarang, namun mengajak melihat dengan lebih teliti. Semua pihak dan arah menyasar pada HT karena mereka memang selama ini ditengarai ada di dalam banyak segi.
Mosok demo UU dan RUU malah menuntut baliknya HRS, lucu atau tidak? Atau ada unsur kesengajaan, sehingga pendompleng lain aman dan tidak terdekteksi dengan jelas?
Melihat kebakaran hutan dengan berphoto, bendera khas, dan pakaian khas, pa iya sedangkal itu pola "kampanye" HT yang terkenal ulet dan tidak kenal menyerah. Bandingkan dengan upaya mereka menyusup  ke mana-mana dan cukup sukses. Mosok mau dipatahkan sendiri denga aksi yang sangat konyol begitu.
Benar bahwa mereka bisa saja panik dan kemudian menampakan kekonyolan-kekonyolan, nampaknya tidak sedemikian kacau jika melihat rekam jejak mereka selama ini. Mereka rapi, sabar, dan telaten, susah melihat mereka ceroboh, karena bisa berantakan jika bermain gegabah.
Lucu dan aneh, bagaimana bisa organisasi terlarang namun nampang dan seolah nantang di mana-mana. Ujungnya Jokowi turun atau tidak dilantik, namun ujung lain, pelaku adalah HT atau radikalis? Cenderung berlebihan narasi yang ada.
Apa yang patut dilihat adalah:
Keberadaan dan kecurigaan yang hanya fokus pada HT atau radikalis bisa membuat orang bias. Pelaku utamanya bisa lolos dan menjadi apa saja dengan mengorbankan banyak pihak. Pengalaman yang sudah terjadi bisa saja terulang.
Kali ini banyak permainan dan pemain yang bisa berada pada posisi yang sama. Dengan mudah melemparkan bola dan pergi dengan diam-diam. Seperti orang kentut dalam kerumunan. Dan ada yang hobi kentut sebagai bahan guyonan, dan tertuduhnya pasti.
Penting adalah melihat dengan jernih, ada banyak kepentingan dan keinginan. Toh yang pati soal kursi dan jabatan saja. Keinginan mengisi kabinet menjadi penting dan lebih menguasai keadaan perpolitikan kini.
Jangan sampai mata terfokuskan pada aksi dan tudingan pada fundamentalis, namun abai pada apa yang terjadi sesungguhnya. Sangat mungkin terjadi, ketika orang hanya tahu kulit dan tidak mau tahu rekam jejak.