Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

KPK Kala Menyatakan Imam Nahrawi Tersangka, Mengabdi atau Mencari Kekuasaan?

20 September 2019   10:27 Diperbarui: 20 September 2019   11:04 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Susah melihat bahwa KPK bekerja demi kepentingan kekuasaan. Mungkin saja ada kekhilafan atau faksi yang bermain demi kepentingan sendiri dan kelompok. Toh itu bukan sebagai bagian yang sengaja dilakukan pemerintah.

Mencari kekuasaan

Ini pun sangat mungkin. Bagaimana tidak, ketika lembaga yang selalu nomor satu mendapatkan kepercayaan publik, media selalu menyorot dan menyorongkan mikrophon dan kamera ke mereka dengan apresiasi positif, sangat mungkin membuat elit mereka jatuh dalam kegilaan politik saat ini. sangat wajar panggung megah, mewah, dan menjanjikan itu menjadi batu loncatan paling luar biasa dalam menggapai kekuasaan.

Apakah ada bukti? Bukti pengakuan secara publik mungkin tidak, namun indikasi dan tanda-tanda itu kog sangat terasa. Sebenarnya sah-sah saja misalnya usai di KPK kemudian menjadi pejabat ini dan itu, namun apa elok dan kemudian lagi-lagi soal integritas. Bagaimana mereka sudah tahu banyak catatan-catatan pihak lain yang sangat mungkin bisa mereka garap sebagai bahan untuk memenangkan kontestasi. Ingat soal penyadapan.

Mengabdi bangsa dan negara

Pokok dan inti tugas KPK sejatinya adalah ini. Bagaimana mereka bertugas untuk melakukan pendidikan antikorupsi, pencegahan korupsi, dan menindak pelaku korupsi. Penindakan ada polisi dan kejaksaan yang bisa pula melakukan. 

Memberikan rekomendasi polisi dan jaksa untuk mengurus itu sangat baik demi pemberantasan korups lebih pesat. Jika tidak dilakukan, tangkap saja oknum polisi dan jaksa nakal. Mengapa repot OTT terus namun malah hasilnya seolah jalan di tempat.

Jika motivasi adalah mengabdi bangsa tidak akan enggan bekerja sama, kolaborasi, dan melibatkan pihak lain tentu akan lebih sukses dan gilang gemilang. Selama ini seolah-olah semua berjalan sendiri-sendiri, cenderung mau mendapatkan panggung dan nama sendiri.

Sikap curiga antarlembaga negara menjadikan miris bangsa ini tidak bisa maju. Kerja sama, bukan bekerja bersama-sama saja, namun sinergi. Cinta dan hormat korps berlebihan dan bak babi buta. Fanatisme sempit, cenderung fundamentalis atas korps. Bangga boleh, asal realistis.

Mungkin terlalu idealis, namun bukan utopis, ini soal kehedak baik. Jika status tersangka IN ini murni penegakan hukum, acungan jempol bagi pemerintah dan KPK, namun jika demi eksistensi KPK sendiri dengan mengorbankan realitas politik, miris. Bangsa ini bangsa besar, sayang jika hanya dijadikan spekulasi para pencari komisi.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun