Peresmian Pabrik Mobil SMK, Kekalahan Timnas, dan Jangan Takut Prediksi Politikus Ini
Politik dan timnas itu sama membuat pening para pengamat. Ketika, pengamat mengelu-elukan timnas akan begini dan begitu, menjanjikan ini pemain dan pelatihnya, plekenthus, kalah sepele. Pun politik, pengamat dan politikus sudah panas dingin adanya ini dan itu, eh adem-adem saja. Malah tidak ada apa-apa geger.
Prediksi dan teropongan yang sangat sulit, rekam jejaknya tidak membawa bahan untuk bisa diprediksikan dengan  lebih jelas. Manufer dan hasilnya bisa ke mana-mana. Bak melempar bal bekel sambil dipantulkan ke lantai, melenting tidak karuan mau ke mana. Hanya bola dan Tuhan yang tahu. Itulah nasib timnas dan perpolitikan nasional.
Kali ini kawan akrab, pelukan cipika cipiki, main bareng, besok bisa berseteru dan saling hujat. Kemarin saling sindir dan hina bak tom n jerry, besok sudah rangkulan dan makan bak sepiring berdua, kayak lagu dangdut era jadul.
Hari ini presiden meresmikan pabrik mobil esmeka. Padahal sekian lama itu adalah bahan gunjingan, kadang hujatan, dan cacian yang tidak karuan, utamanya di media sosial. Lha bangun pabrik kog seperti bangunkan orang tidur dan bangun sruput kopi. Wong bangunkan orang tidur saja ada yang susahnyaa minta ampun.
Kesabaran menghadapi proses itu perlu diajarkan bagi anak bangsa hingga elit negeri ini. Bayangkan saja  ketika semua orang maunya cepat, namun abai akan persiapan, tidak mau tertib, dan mau selenongan saja, mana bisa. Semua ada aturannya, semua ada mekanismenya, dan semua perlu waktu dan beaya. Ini penting.
Lihat saja tokh besar, pendiri partai, salah satu punggawa reformasi namun memiliki kecenderungan untuk tidak mau taat azas. Maunya memimpin dan abai ketika jadi yang dipimpin. Penghormatan pada konsensus bersama salah satunya adalah pemilu.
Berkali ulang berbicara asal dan tidak merasa bersalah. Benar bahwa alam demokrasi itu bebas berpendapat dan mengemukakan pendapat. Namun bebasnya juga bersinggungan dan beririsan dengan kebebasan pihak lain tentunya. Mosok dia tidak tahu. Jelas tidak mungkin.
Membuat kualifikasi sepihak, antara partai allah dan partai setan. Jal saiki piye, ketika yang disematkan partai setan itu malah menguasai parlemen, pun usungan untuk eksekutif itu menang. Benar bahwa politik itu cair, kepentingan yang menyatukan. Memang demikian yang  ada pada akar rumput?
Identik dengan manusia gua Plato, orang-orang itu sudah termakan hasutan sekian lama, dan susah untuk bisa melihat dengan kaca mata dan cara pandang baru yang lebih tepat. Lihat saja Prabowo melakukan apa, anak buahnya apa. termasuk elit pendukung Prabowo masih menyatakan narasi yang identik dengan masa kampanye.
Prediksinya tidak terjadi bukan? Yang katanya surga, langit, dan Tuhan dibawa-bawa toh tidak demikian. ekstremnya toh langit, malaikat tidak memiliki hak pilih. Pilihan oleh WNI tidak tepat sebagaimana prediksi si politikus ini.