Yang jelas soal sapi atau ular belum pernah melihat secara langsung, kalau ular makan tikus sih pernah. Memang cukup besar, hitam lagi, itu yakin ular beneran.
Kalau ada anak kecil pakai bju cheongsam, duduk di halaman dekat batu itu, usai magrib memang pernah. Hanya duduk-duduk, entah anak beneran atau anak-anakan gak tahu juga, saya biarkan.
Atau kakak yang pernah didatangi simbahe yang mbahureksa Rawa Pening dan mau diberi kekayaan namun ditolak. Malah diberi jempol, hebat Le, imanmu kuat, nek berubah pikiran tak tunggu. Beneran di rumah dekat baget dengan batu itu.
Suara kayak orang bercengkerama ramai sambil  jalan, asal dari tempat batu, sampai ujung barat pekarangan kami, juga biasa, mau membuktikan dengan melihat juga buat apa, wong gak ada juga.
Kesaksian tetangga ada juga, memboncengkan orang dari arah barat dan ketika di depan rumah sudah tidak ada. Eh sama tetangga ini dicari, langsung putar balik dan dicari  ya tidak ketemu.
Cukup baru, ada tetangga pulang dari Jakarta masih cukup sepi, kisaran pukul 3 atau 4, jalan kaki, sampai depan rumah, sangat terang. Akhirnya balik jalan ke tepi jalan raya sambil menunggu hari terang.
Saya pribadi tidak pernah menyaksikan atau membaui yang aneh-aneh sampai hari ini. Yang jelas  kalau ada tetangga meminta bambu kuning untuk syarat saya katakan silakan tebang tetapi hati-hati, tanpa omong soal penunggu batu.
Saya pribadi mengatakan, kalau memang mau di sana silakan, asal tidak macam-macam, kalau mau aneh-aneh, saya sikat. Toh baik-baik saja.
Terima kasih dan salam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI