Jangan sampai upaya panjang mengambil dana hasil korupsi masa lalu gagal hanya karena keburu nafsu dan terpancing dalam menghadapi tantrum politik, para politikus gagal ini. pilihan jitu dan cerdik.
Politikus gagal mup on, jelas terlihat dari narasi yang dibangun. Â Memaksa presiden ke Papua itu bukan gagasan brilian, tapi gagasan kamret yang tidak mendasar. Mereka hanya para petualang politik yang mau menaikan posisi tawar.
Mereka jelas sejak awal paham susah mengalahkan Jokowi dalam pertarungan fair, dan memainkan strategi buruk. Toh kalah lagi. Nah memainkan hal yang resmi dan sahih gatot, dipilihlah momentum ini dengan kolaboran banyak pihak. Â Sejatinya hanya mau menang, minimal ikut, nyempil dalam kekuasaan kalau bisa.
Petualang dan preman berkedok pemuka agama dan politik. Ini cukup banyak dan masif menggelontorkan isu dan narasi. Rakyat juga paham siapa mereka, apa yang mereka buat. Jelas mereka kelaparan dengan pembangunan masif Jokowi. Mereka yang biasa jualan massa demo, jualan narasi busuk  potensial kehilangan lahan basah karena manusia Indonesia lebih baik, dan pemindahan ibukota. Jelas mereka bukan dalang, haya pion dan kroco yang mau sok eksis.
Asing. Jelas ini pihak yang jauh lebih bertanggung jawab. Namun susah juga membuktikan dan menjadikan kepentingan untuk mengusut dan menyelesaikannya. Kerja intelijen kek kentut mudah dibaui namun susah dilihat dan diselesaikan. Mereka sangat mungkin juga hanya menunggangi dan menggunakan isu dan keadaan yang awalnya sudah ada dan kebetulan terpicu  sangat mungkin tidak disengaja, pada awalnya.
Memilih Wenda membuat orang banyak menjadi merasa tidak dicurigai, keren dan PF untuk BIN, TNI, Polri yang dengan cerdik menyelesaikan masalah dengan senyap. Penangkapan pengibar bendera di depan istana tanpa gejolak. Menaikan status tersangka di Surabaya tanpa ribut, ini jelas kerja yang membuat kubu yang mau rusuh mati kutu.
Mereka maunya adalah penangkapan ketika aksi, dan narasi yang mau dikembangkan adalah pemerintah represif, dan telah kebaca semua akhirnya mati gaya. Hanya teriak-teriak di media sosial yang tidak berdampak.
Kemampuan dan jaringan Wenda tidak cukup meyakinkan bisa menggerakan demikian banyak kelompok dan kepentingan. Jauh lebih bisa diyakini ini adalah aksi-aksi tidak sengaja yang kemudian ada yang mengambil kendali dan kemungkinan keuntungan.
Kepentingan internasinal disokong elit dalam negeri, status quo, dan politikus maaf bloon namun tamak sangat memungkinkan kejadian demikian akan terulang lagi. Mentalitas tamak ini bukan soal kemiskinan, ini watak yang perlu digugah dan digebah untuk perubahan mendasar.
Terima kasih dan salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H