Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kisah Horor di Tengah Hutan Sagu

2 September 2019   11:29 Diperbarui: 2 September 2019   22:01 6784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi hutan: pexels/pixabay

Pertama kali kerja, merantau, naik kapal, dan hidup di tengah hutan sagu. Asli hutan, hanya dua rumah pemilik tanah di tengah kawasan rumah pembinaan itu. Di sekeliling pagar kawat itu hanya ada tanaman sagu dan leban saja, selain ruang untuk pembinaan dan permainan out door. Kawasan rawa-rawa, kalau pas air pasang paling tinggi, selutut air.

Antarruang dan sampai ke dermaga semua pakai gertak, jembatan kalau orang Jawa akan memahami. Semua jalan adalah kayu belian, ulin, selebar tiga perempat hingga satu meter. Kalau tidak ada itu, pas air pasang atau penghujan mana bisa jalan. Asli pengalaman baru. Jalan ada ular itu sangat biasa.

Batas tanah itu parit dan itu juga air, dan ular kentir, menghanyutkan diri itu biasa. Ada pula sebidang tanah yang ditanami karet, sebidang lain ilalang setinggi manusia dewasa. Suara burung hantu dan burung hantuya jelas sangat biasa di sana.

Awal-awal sih tidak ada yang aneh, biasa saja. Entah mulainya, yang jelas sore itu, di kawasan itu sendirian, bersama  anjing lebih dari sepuluh lah. Ada satu pejantan dan itu adalah pemimpinnya, di samping saya. 

Pas punya kamera baru, kamera poket, ambil gambar sana sini, anggrek ini dan itu, tiba-tiba ada sorot hitam seperti dilemparkan dan masuk ke dalam areal pohon karet. Dan si anjing jelas melolong sangat keras dan berlari ke arah sebaliknya dari arah bayangan hitam itu.

Si anjing ini dulu pernah jengkel karena saya tendang masuk kolam. Suatu hari anaknya masuk kolam dan  saya bantu ambil, jadi sangat jinak dan ke  mana-mana selalu menemani, tidak pernah berjarak lebih dari sepuluh meter. Pegawai lama pun tidak ada yang lebih dekat dengan si hitam itu.

Ternyata tidak lama si hitam mati tidak jelas. Tidak makan dua minggu, dan selama itu hanya mau makan satu ekor ikan goreng utuh dengan langsung saya suapi. Dan mati, sangat berat mau mengubur tidak kuat sampai saya seret. Dan satu demi satu anjing mati tidak jelas.

Bayangan hitam dan si hitam mati terlupakan. Liburan Natal, asli sepi banget kawasan hutan sagu ini. Ada satu  teman anak kampung sebelah yang juga bekerja, toh dia pulang ke rumah juga. 

Siang itu hari kerja terakhir,  tiba-tiba hape saya ada panggilan. Nama saya ada di layar, susi memanggil. Lah kan aneh, cilaka ini, teman saya juga tidak berani mengangkat.

Saya tanya operator secara teknis tidak mungkin. Operator hanya menyaraankan mematikan dna menghidupkan lagi, dia tidak tahu di tengah hutan ini. Dan benar saja, usai mematikan dan hidup lagi masih sama. Saya memanggil. Dan dengan jengkel saya angkat. Apa yang terjadi?

Ada suara anak seperti dalam film horor Mandarin, ngamuk, katanya wong hanya diajak kenalan saya sombong. Lah dalah.  Dan sudah tidak saya tanggapi, biar saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun