Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Daftar Salah Jokowi, Papua, dan Politikus Tantrum

31 Agustus 2019   08:40 Diperbarui: 31 Agustus 2019   08:57 1321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Daftar Salah Jokowi, Papua, dan Politikus Tantrum

Pemilu menjelang, pelaksanaan, dan penetapan tidak jauh lebih heboh dari pada mau pelantikan presiden terpilih. Lebih meningkat lagi usai dua rival dalam kontestasi bertemu sebagai dua pribadi terbaik bangsa ini, waktu dan kondisi kini.  Harapan akan makin reda tensi politik itu malah menjadi titik balik, mulai menggeliat dan malah makin panas.

Isu demi isu terjadi, politikus A minta jatah sekian menteri, politikus B menetapkan bicang tertentu menjadi jatahnya, politikus C membuat manuever dengan pendekatan pada lawan politik sebelum-sebelumnya. Politikus D memaksakan penambahan jatah kursi untuk pimpinan lembaga ini dan itu.

Intinya semua mau jabatan, mirisnya miskin prestasi, visi saja tidak ada mau bicara prestasi. Mereka ini sedang tantrum, karena ternyata tidak sebagaimana yang dikehendaki. Kalkulasi dengan kalkulator jebol yang jelas hasilnya jauh dari harapan dan yang diinginkan.

Karena memang tidak punya visi dan gagasan, akhirnya membual dan menjual rusuh. Bayangkan saja mosok Papua bergolak, Jokowi harus turun dalam konteks datang pun turun sebagai presiden. 

Ada pula iuran BPJS naik katanya salah Jokowi lagi, padahal jelas banyak maling dan penipu di seluruh rangkaian itu, dan itu juga mulai terkuak satu satu.

Isu seleksi komisioner KPK, ini pun ujungnya Jokowi, sasaran pansel yang mengangkat presiden. Di mana-mana cukup masif tudingan ini dan itu. Mirisnya yang mengaungkan kog orang dengan afiliasi tertentu sih? Hayo ketebak tidak muaranya ke mana dan mengapa serta siapa?

Tiba-tiba dengan kondisi yang demikian merebak dengan isu, hoax, dan desas-desus yang tidak jelas, ada pesan ke grup percakapan dan media sosial soal BBM naik. Toh tidak menjadi masalah karena memang harga BBM sudah biasa naik turun, ini bukan era Orba yang akan aneh jika ada kenaikan BBM. Lagi-lagi siapa yang bermain bukan?

Siapa yang tidak ngamuk sih dengan deretan dosa Jokowi itu. Amrik dengan koleganya jelas mengincar Papua dengan segala kekayaannya. Jokowi pernah mengatakan awas akan begini dan begitu jika mengusik FPI, nyatanya tidak apa-apa. 

Jelas Amrik tidak bisa berbuat lebih karena ketahuan belangnya. Mau memainkan pilpres gagal total juga karena pemilih Indonesia lebih cerdik dari pada mereka yang mau memilih presiden maaf rada-rada begitu.

Mereka masih berharap pilpres bisa memainkan peran dan "boneka" mereka bisa menang. Ternyata tidak mampu berbuat lebih. Pola yang dipakai sudah terbaca. 

Pengulangan pilkada DKI jelas membawa dampak positif bagi pasangan 01 kala itu. tentu santapan lezat yang direnggut membuat anak kecil jagoan ini ngambeg.

Politikus lain yang tantrum bisa dilihat dari beberapa komentar mereka. Zulkifliseorang ketua MPR dn masih juga ngarep jadi ketua lagi, malah membuat keadaan makin panas. Ketika ia menyerukan mengapa tidak ada reaksi atas bendera bintang kejora?

Bagus nasihat Gus Dur ketika ada laporan soal yang sama. Anggap saja itu umbul-umbul. Nahh dengan demikian, keadaan reda, yang dianggap umbul-umbul merasa malu meskipun marah dan tidak jadi panas.

Ternyata maunya adalah polisi dan militer represif dan Indonesia dibawa ke PBB dan dinyatakan berbuat atau melanggar HAM. Nah jika demikian, bisa saja Jokowi diturunkan, juk sapa sing arep ngganti? Prabowo? Mau memang mereka mengalah usai semua ini? Dan juga memang pasti akan damai dengan keadaan ini.

Narasi yang sama dinyatakan petinggi agama kaburan, yang mengatakan tiba-tiba NKRI padahal biasanya jauh dari nada itu. lebih baik kehilangan Jokowi dari pada NKRI. Lihat bocah tantrum lagi bukan?

Salah Jokowi juga mengaa anak ngambegan begini diambil kempong-nya. Dot susu kebanggaan yang dekil itu dibuang sama Jokowi. Ya ngamuk lah. Makanya mau membenturkan dengan Arab Saudi, eh mentah lagi. Mengemis pun tidak digubris oleh Jokowi.

Kelompok mereka juga, paling tidak yang biasa bersama-sama, seide, dan segagasan dibubarkan Jokowi. Ini lagi salah Jokowi, anak lagi main petaak umpet, sudah dapat tempat ngumpet strategis, mau ngadalin si penjaga malah tiba-tiba digebug, jadilah melolong tidak karuan. Lagi-lagi politik anak tantrum. Tiba-tiba saja OPM dan perjuangannya meminta Banser bubar. Hayo OPM apa bocah tantrum yang benar?

Percaturan politik yang kacau ini juga ada unsur bagaimana Prabowo membawa diri sebagai pemimpin. Ia tetap bagian tak terpisahkan atas pemilih yang masih gagal move on, kata ABG. 

Ia lepas kendali atau memang tidak paham, tidak tahu, dan tidak atau memang tidak mampu. Ada dua petinggi mereka yang mengatakan Jokowi harus datang, bahkan ada yang meminta berkantor, dan bermotor di Papua.

Jelas mereka paham, siapa dan seperti apa Papua kali ini. Ingat, semua politikus tantrum ada di sana, baik dalam negeri ataupun luar yang bisa juga menggunakan orang dan senjata asli Papua untuk membahayakan presiden definitif dan sekaligus presiden terpilih.

Pemindahan ibukota, ada yang lucu, tidak setuju kalau Kalimantan, namun setuju kalau kota A yang dipilih. Mengapa, coba cek ternyata kroni-kroninya yang menguasai lahan itu. 

Artinya bukan soal keprihatinan bangsa, namun mengenai periuk dan perutnya sendiri yang dipikirkan. Salah Jokowi juga, karena mulutnya yang tamak itu kekeringan tidak ada asupan yang cukup lagi.

Jokowi kudu mundur dengan berbagai-bagai dalih. Okelah pola pikir anak tantrum  perlu dipahami, juk sapa sing ngganti? Prabowo? Legitimasi dari mana? Koalisi mereka saja sudah bubar jalan tidak karuan begitu kog? Sangat tidak ada legitimasi yang bisa menjadi alat pembenar untuk pengganti yang satu ini.

Kyai Amin Makruf, beneran bisa mendapatkan kepercayaan utuh sebagai seorang pemimpin negeri ini? Sangat  mustahil bisa lebih baik. Kondisi seperti lima tahun lampau saja begitu gegap gempita, apalagi sekarang.

Jauh lebih menimbulkan potensi masalah dari pada manfaat dengan narasi politikus tantrum itu. Mereka hanya  ngambeg dan guling-guling karena ketahuan belangnya dan potensi mendapatkan keuntungan gagal total.

Bagus pilihan Jokowi malah tetap fokus bekerja, berkunjung ke Borobudur dan meninjau perkembangan pembangunan. Anak tantrum itu hanya perlu permen, memang selama ini mereka sudah sangat  tamak dan perlu dikurangi yang manis-manis dari pada nanti mereka kencing manis.

Preman yang biasa petentang-petenteng maling, malak, mabuk, dan Ma Lima komplet itu mau dipaangkas ya ngamuk. Salah Jokowi lah, sekian lama menjadi raja di raja yang bisa menguasai negeri, tiba-tiba diputus begitu saja.

Biarkan saja politikus tantrum itu, nanti capek kan tidur sendiri. Mereka perlu dot baru yang bisa meninabobokan sejenak, dan sekarang dot itu sedang dicuci, sebentar juga akan nyenyak kalau sudah dipenuhi keinginannya.

Syukur bahwa dengan demikian jelas mana politikus busuk, mana politikus kanak-kanak tamak, dan mana negarawan yang bisa membangun negeri. Pak Jokowi pernah mengatakan tidak ada beban, dan mereka sudah menampakkan diri, tinggal karungin saja.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun