Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pujian untuk Ahok, Penebusan Rasa Bersalah?

11 Agustus 2019   09:26 Diperbarui: 11 Agustus 2019   09:45 3882
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Selain mulutnya yang memang comel dan suka membuat permusuhan? Gubernur sebagai indikator, pelanggaran janji jabatan dan UU yang ada? Toh para pendemo itu kalau ditanya personal pasti akan menyesal melihat Jakarta kini.

Jika saja, Mega dan PDI-P dulu, menertibkan perilaku Edi Pras dan kawan-kawan yang memang dalam dalam masa Ahok mati kutu itu sedikit saja, kisah Jakarta gagal seperti ini minimal tidak makin parah.  Menang pilkada dan Ahok masuk bui, masih ditangan Djarot, tidak parah-parah amat.

Ahok yang tidak berubah menjadikan Mega ingat pilkada paling bar-bar itu, dengan membawa dalam kongres bisa menyatukan banyak pihak dan persepsi. Pertemuan Ahok-Prabowo yang seolah berseteru sengit, karena Ahok keluar dari Gerindra, toh menjadi reuni baik di mana mereka pernah bersama dan baik-baik saja.

Soal penumpang gelap yang dinyatakan Gerindra juga bisa semakin panas dingin karena di dalam kendaraan itu sudah semakin tidak nyaman dan kondusif bagi mereka. Perseteruan yang dikipas-kipasi dan dibesar-besarkan, bahkan dengan identutas berlebihan sampai mayat dan ayat segala bisa langsung teredam.

Simbolisasi sederhana yang membuat pihak yang terkait meradang luar biasa. Sangat baik bagi negeri ini. Bisul yang sudah matang memang siap dipecahkan dan pembersihan agar tidak menjadi infeksi yang berlebihan. Bagus bagi negeri agar semakin sehat.

Ahok dengan fenomenanya, dengan keberaniannya, dengan segala sepak terjangnya memang akan menjadi ganjalan jika masuk dalam kabinet. Namun banyak tempat bisa menjadi lahan pengabdiannya di dalam bernegara ke depan.

Apakah mau turun menjadi walikota di Surabaya? Jika itu sayang, kapasitas Ahok bukan hanya untuk kota, apalagi kota sudah jadi dan tinggal meneruskan. Lebih banyak eman-nya, kalau hanya selevel kota. Tentu banyak elit di Surabaya yang mampu meneruskan kinerja Risma. Toh asal bukan lawan politik seperti Jakarta, tidak akan merusak. Di sinilah peran penting untuk memilah dan memilih cawali untuk Surabaya. Jangan sampai Jakarta kedua terulang.

Persiapan pemindahan ibukota negara jauh lebih pas dan cocok bagi Ahok. Keberaniannya melihat celah dan peluang untuk pembenahan menjadi pembeda. Anggaran negara bisa diefisiensikan dengan keterlibatan swasta tanpa adanya transaksi di ranah abu-abu menjadi penting.

Ini proyek besar, jika dikelola dengan sistem transaksi dagang sapi, bisa celaka, negara makin terpuruk bukannya makin melaju ke depan. Koordinasi yang biasanya aroma suap akan menjadi makanan empuk mulut comel Ahok. Bagaimana ia berkelahi dengan dewan Jakarta, BPK, dan kadang dewan pusat pun ikut-ikut. Reputasi ini sangat membantu kinerja pemindahan ibukota bisa berjalan sebagaimana angan-angan Jokowi dan pemerintah.

Koordinasi dengan Jokowi sebagai presiden tidak bisa diragukan lagi. Mereka sudah bekerjasama dengan apik dan seolah pemain bola memberikan operan tanpa melihat pun sudah paham. Ini penting.

Wajar jika Mega "menyesal" karena perilaku elit daerahnya yang ugal-ugalan dulu, nah saatnya kini memberikan kembali hak Ahok yang sepatutnya. Demi bangsa dan negara mengapa tidak? Dan ini bagus bagi bangsa dan negara jika terjadi, Ahok mendapatkan tempat yang pas dengan apa yang tepat baginya.

Terima kasih dan salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun