Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Gibran, Kaesang, Bobby, Parpol Pragmatis atau Memang Malas

30 Juli 2019   09:00 Diperbarui: 30 Juli 2019   12:45 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Termasuk pihak yang antiJokowi sekalipun kini kembali pada memori masa lalu dengan mengatakan kalau anak-anak Jokowi, bak buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya.  Artinya mereka yang dulu pernah pokoknya salawi, kini lupa karena ada orbitan baru yang sangat moncer dan menjanjikan.

Kasihan bagi anak-anak Jokowi dengan ekspektasi yang sangat tinggi, karena parameternya jelas Jokowi sebagai walikota dua periode dengan capaiannya, gubernur setengah periode dengan raihannya, dan presiden lebih satu periode dengan hasil yang jelas seperti apa. 

Padahal keduanya adalah  anak-anak muda yang sedang asyik dengan bisnisnya. Jauh berbeda, namun apakah masyarakat mau tahu? Tidak akan, semua akan menakar dengan ukuran Jokowi.

Parpol malas memang selalu gagal menciptakan kader terbaik. Sangat lemah mereka memiliki kader yang berangkat dari bawah tanpa embel-embel nama besar bapak atau emaknya. 

Kepopuleran yang menjadi parameter mereka menunjukkan kegagalan mereka di dalam kaderisasi dan melahirkan pemimpin yang memang terprogram dengan baik.

Gambaran politik dan hidup berpolitik bangsa ini pragmatisme semata. Jauh dari harapan. Jadi teringat kisah dalam sebuah media percakapan, bagaimana Brutus yang dianggap anak sendiri, namun menjadi dalang dan bahkan ikut menikam Caesar. 

Mengapa berperilaku demikian? Karena Brutus haus kekuasaan. Membunuh Caesar adalah sarana untuk menjadi kaisar. Ia yang dianggap anak itu tega menikam sang bapak.

Magnis Suseno melihat politik dengan sudut yang berlawanan. Ia menilai politik bukan secara pragmatis, semata kekuasaan dan kursi semata, namun memikirkan keseluruhan negeri, kepentingan masyarakat yang harus menjadi tujuan utama.

Jelas seperti apa gambaran partai politik bangsa ini, masih sekelas Brutus yang berorientasi kursi dengan menggunakan segala cara. Idealnya adalah motivasi baik, cara-proses-dan jalan baik, hasil pun akan baik. Miris ketika kemenangan abai dan tidak berani kalah, apalagi ngotot harus menang, cenderung hasilnya adalah keburukan.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun