Jika menggunakan logika Anies adalah titipan Jokowi itu benar, ingat prasyarat jika, berarti AHY bukan orang yang menjadi pertimbangan Jokowi sejak dulu. Tidak masuk hitungan dan pertimbangan.
Berangkat dari situasi dan narasi itu, apa yang dilakukan Demokrat dan pendekatannya dengan pilpres  2019 dan kemenangan Jokowi-KHMA bagaimana? Beberapa hal patut dilihat sebagai  berikut;
Pertama, Demokrat sejak awal setengah hati bersama koalisi adil makmur. Baik sejak penetapan calon hingga usai pencoblosan. Narasi jenderal kardus yang panas, hingga mengatakan bubar kebersamaan begitu usai pencoblosan, karena hitung cepat memberikan gambaran kekalahan.
Mereka jelas banyak berharap ada di dalam kebersamaan dengan pemerintah. Dibarengi narasi dan wacana-wacana yang cenderung demikian.
Kedua, pendekatan personal AHY dengan Megawati dan keluarga pas Lebaran jelas menunjukkan seperti apa dan ke mana arah mereka secara politis. Tidak ada istilah anjangsana momen hari raya saja, ada pula unsur politik yang hendak diraih. Jangan naif ketika berbicara orang politik, jelas kepentingan ikut di sana.
Ketiga, upaya adil makmur ke mana-mana, penolakan hasil juga cenderung tidak disetujui Demokrat. Hanya mengirimkan perwakilan oleh beberapa oknum untuk mengikuti genderang serasi dengan adil makmur, namun sejatinya sama sekali tidak ada yang selaras di sana.
Keempat, jauh sebelum masa kampanye dan gaung pilpres, AHY sudah melakukan safari politik, termasuk ke Jokowi, apa artinya, jika tidak jadi wapres tentu minimal ikut jadi menteri. Sangat wajar dan logis.
Kelima, isu dan narasi jika Prabowo menghendaki dana segar 1 T untuk maju pencalonan jika mau AHY yang menjadi calon wakil presidennya. Toh model pengakuan atau klaim sepihak dan susah menemukan kebenaran. Akhirnya juga sama dengan jika benar titipan maka, di sini pun sama. Ada prasyarat.
Apakah ini artinya AHY juga akan susah masuk kabinet? Â Mengapa jika demikian?
Satu, PDIP enggan memelihara anak macan, dan emberikan tiket wild card, karpet merah untuk putera SBY.  Jauh lebih aman adalah mengeliminir pesaing potensial yang  ada sejak awal. Namanya politik bukan matematik.
Dua, sebagai pemimpin koalisi PDI-P memiliki cukup  ruang untuk memilah dan memilih. Kabinet itu juga persiapan untuk 2024. Jangan naif, ini politik, bukan bagi-bagi kue ulang tahun.