Gerindra yang sudah sekian lama bersama tentu paham mereka. Mereka dengan gamblang bisa diatasi dan diselesaikan dengan pengasingan mereka. Mereka merasa besar dan merasa hanya menunggu waktu, sayang ada Jokowi yang menjadi penghambat besar. Pemerintah yang berani menghentikan laju demikian cepat gerakan ini menguasai semua lini bernegara.
Mengapa bukan Demokrat?
Demokrat telah sepuluh tahun memerintah dan malah membawa gerbong ini di tengah-tengah mereka. Suka ria mereka merongrong dan seolah mendapatkan angin segar. Apa model demikian yang akan juga memberikan kesempatan lagi untuk menjadi kendaraan yang nyaman, aman, dan menyenangkan?
Mereka marah karena terusik, apa yang sudah di depan mata dan tinggal meraih itu hancur berantakan. Dalangnya siapa? Jelas musuhnya adalah penghalang itu. Demokrat dan SBY tu tunggangan paling menjanjikan. Semua bisa berjalan sebagaimana mestinya.
Memelihara anak macan, Megawat sebagai ketua umum partai pemenang memang menyatakan bahwa kabinet itu tanggung jawab dan urusan Jokowi, namun tentu ikut berperan dan mestinya pernah merasakan hantaman kekalahan itu tidak mudah diabaikan.
Bersama dengan Gerindra toh baik-baik saja, memang dalam kampanye dan pemilu banyak pernyataan keras dan kadang ngawur toh itu konsekuensi berdemokrasi dan berkompetisi, bukan lebih jauh. Dan jauh lebih realistis meninggalkan Demokrat.
Memberikan panggung pada anak macan, sejak lama AHY adalah capres, dan itu tentu menjadi pertimbangan untuk 2024. Semua partai politik sudah berancang-ancang pada 2024. Susah partai-partai yang memiliki kader terbaik mau rela hati memberikan jalan tol dan karpet merah itu.
Hanya perlu berhatian, kader Gerindra yang bisa diambil jangan rem bobrok ala Zon dan kawan-kawan yang menarasikan apapun kerja pemerintah buruk. Khawatirnya mereka lupa sudah ada dalam pemerintahan namun malah mengumbar kalimat buruk. Bisa jadi bumerang dan merusak ritme pemerintah yang melaju kencang ke depan ini.
Toh masih banyak tokoh Gerindra yang tidak terkontaminasi. Ada Muzani, ada Desmond, mereka di luar pemerintahan kemarin toh tidak asal dan waton sulaya. Melihat dengan baik dan jernih persoalan berbangsa. Ada pula tokoh di balik layar yang selama ini tidak banyak ulah untuk menjelek-jelekan bangsa sendiri. Ini penting.
Kerja ke depan itu menjamin nasionalisme, republikan, dan negara kesatuan sebagai panglima. Yang di luar itu patut dijadikan perhatian, toh satu demi satu sudah membuka jati diri mereka dengan penuh emosional karena terpaksa kandas angan-angan indah di depan muka itu. Saatnya  membangun dengan berdasarkan Pancasila.
Terima kasih dan salam