Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Sosok Pembeda Hasil Akhir Jokowi-Prabowo

7 Juli 2019   08:47 Diperbarui: 7 Juli 2019   08:53 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Keempat, karena ulama sudah diambil Jokowi, Prabowo sudah kehabisan potensi mengeruk pemilih dari kalangan agamis, pilihan paling mungkin yang memiliki dana cukup melimpah, dan ada pada Sandi. Tidak cukup buruk, namun tidak cukup pula signifikan untuk menyaingi keberadaan Makruf Amin.

Kelima, politik itu bukan terbaik dan ideal, namun kepentingan dan kompromi keadaan dan situasi terkini. Situasi dan kondisi terkini, jadi satu atau dua bulan, apalagi tahun sudah berbeda. Sering orang gagal paham melihat pilihan politik yang melihat hitam dan putih semata. Jawaban politik itu yang kondisi saat itu, bukan kondisi idealnya.

Keenam, waktu yang tepat dan orang yang tepat. Penetapan KHMA itu Prabowo menunggu siapa yang akan dijadikan wakil oleh Jokowi, dan Jokowi mendahului bukan menunggu juga. Keberanian yang membuat kekacauan dari kubu Prabowo, bukan sebaliknya. Ini feeling politik yang memang tidak banyak politikus miliki.

Ketujuh, beberapa kelompok yang merasa kecewa karena mengapa KHMA bukan yang lain, bisa dijelaskan dengan baik sepanjang masa kampanye. Pemilih Jokowi rasional, bisa berpikir, dan itu yang dimanfaatkan dengan baik dan mengenal pemilihnya memang. Tugas yang bisa dilakukan oleh seluruh elemen.

Kedelapan, suka atau tidak, bangsa ini sedang dilanda mabuk agama. Apa-apa agama, apa-apa agama, dikit menodai agama, dikit-dikit pelecehan agama, padahal jauh dari apa yang sebenarnya terjadi. Nah dengan memilih tokoh agama, harapan untuk menempatkan agama pada proporsinya menjadi cukup terbuka.

Hal yang dibaca juga oleh pemilih rasional dan itu sangat membantu. Harapan untuk menjadi negara besar berdasar Pancasila kembali menguat dan ada secercah harapan untuk era hidup damai dengan keberagaman itu terbuka lagi.

Pesimisme seolah mau menjadi Suriah, Afganistan, Libya mulai emnyingkir. Nah kini apakah mau menjadi seperti negara-negara itu, atau menjadi negara besar yang sesungguhnya untuk bersama-sama membangun negeri ini. Pilihan ada pada seluruh bangsa, bukan hanya pemerintah semata.

Bangsa besar ini berjalan pada rel yang benar, hanya perlu menunggu para anak bangsa bergerak selaras dengan kebesaran bangsa bukan malah menjadi perongrong demi kepentingan sendiri, kelompok, dan sesaat saja. Pilihan sudah mendapatkan pengesahan, dan saatnya pembangunan.

Pesta sudah usai, kembali pada rutinitas harian. Elit berebut kursi dan rakyat kembali melakoni tugas dan kewajibannya.

Terima kasih dan salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun